Gresik, Gatra.com - Sebuah loncatan inovasi industri baru saja dilakukan Petrokimia Gresik. Perusahaan solusi agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia ini mencoba menjadi pemain baru dalam memasok kebutuhan surfaktan di tanah air.
Untuk tujuan itu, Petrokimia Gresik menandatangani perjanjian uji coba mini plant sebagai pabrik pembuat surfaktan dengan bekerjasama Surfactant Bioenergy Research Centre dari Institut Pertanian Bogor (SBRC IPB). Penandatanganan dilakukan di Gresik, pada Selasa (10/3) lalu.
Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus hidrofilik (suka air) dan lipofilik (suka minyak / lemak) sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Selain sektor industri dan farmasi, surfaktan juga digunakan untuk keperluan eksplorasi minyak bumi.
Direktur Utama Petrokimia Gresik, Rahmad Pribadi menjelaskan bahwa selama ini produksi minyak bumi di Indonesia menggunakan metode primer (disedot dengan pompa) dan sekunder (didorong dengan air).
“Sedangkan pemanfaatan surfaktan termasuk metode tersier atau Enhanced Oil Recovery,” ujar Rahmad.
Surfaktan karya anak bangsa ini diberi nama Surfaktan Merah Putih dan memiliki beberapa keunggulan, diantaranya mampu menurunkan tegangan permukaan yang lebih baik, dan memiliki harga jual kompetitif dibandingkan dengan produk impor sejenis.
Secara teknis, surfaktan akan dinjeksikan ke dalam bumi. Sumur minyak bumi yang tersumbat atau minyak bumi yang masih menempel di bebatuan akan terlepas dan lebih mudah disedot dengan pompa.
Sehingga surfaktan ini mampu meningkatkan produktivitas sumur minyak bumi, bahkan mampu mengeluarkan minyak mentah dari lapangan atau sumur minyak tua yang sudah tidak berproduksi lagi. “Sehingga produk ini sangat ditunggu dan diharapkan oleh pelaku industri minyak dan gas di Indonesia,” ujar Rahmad.
Lebih lanjut Rahmad menjelaskan, dalam memproduksi Surfaktan Merah Putih ini, dibutuhkan bahan baku methyl ester dari mini plant SBRC IPB di Gunung Putri Bogor beserta gas dari unit asam sulfat Petrokimia. "Hal inilah yang melatarbelakangi kerja sama ini, dimana Petrokimia Gresik akan menyuplai gas SO3 dari pabrik Asam Sulfat dan membeli bahan baku methyl ester yang diproduksi oleh SBRC IPB di Gunung Putri, Bogor," kata Rahmad.
Sedangkan pemasaran produk Surfaktan Merah Putih akan dilakukan oleh Petrokimia Gresik bersama-sama dengan SBRC IPB, beserta dukungan marketing dan technical assistance dari Komunitas Migas Indonesia (KMI).
Rahmad menyatakan, kerja sama ini sejalan dengan program transformasi bisnis Petrokimia Gresik yang salah satu sasarannya adalah diversifikasi produk untuk meningkatkan revenue dan profitabilitas.
Petrokimia Gresik tidak hanya memproduksi pupuk saja, melainkan juga produk non-pupuk yang dapat meningkatkan utilisasi aset dan profit perusahaan. "Uji coba ini merupakan salah satu alternatif pemanfaatan aset pabrik asam sulfat Petrokimia Gresik," imbuh Rahmad.
Sampai dengan saat ini, produk Surfaktan Merah Putih yang akan diproduksi ini merupakan satu-satunya produk lokal dengan harga jual yang jauh lebih kompetitif dari harga produk impor, sehingga sangat potensial untuk dapat berkontribusi dalam peningkatan profit perusahaan.
Setelah fase uji coba berjalan dengan baik, selanjutnya akan dilakukan scale up unit produksi surfaktan beserta pembangunan unit produksi bahan baku methyl ester yang didapat dari crude palm oil (CPO) di Gresik. Dengan demikian dapat menurunkan biaya transportasi bahan baku dan menghasilkan produk surfaktan yang lebih kompetitif.
"Kerjasama ini merupakan salah satu wujud dan peran bersama dalam membangun kemandirian bangsa serta dalam rangka mengurangi ketergantungan impor bahan baku dan bahan penolong, salah satunya surfaktan," kata Rahmad.