Cilacap, Gatra.com – Sejak puluhan tahun silam Cilacap dikenal sebagai salah satu sentra gula kelapa. Terlebih, setelah masyarakat membudidayakan kawasan sedimentasi di Laguna Segara Anakan dengan populasi pohon kelapa mencapai ratusan ribu batang. Dan kini, masyarakat mengembangkan gula kelapa berukuran jumbo. Alasannya demi efektifitas. Pasalnya, tiap perajin setidaknya menderes 100 pohon per hari.
Ketua Kelompok Tani di Patimuan, Ahdin mengatakan, saking banyaknya pohon yang disadar, perajin gula kelapa membuat cetakan gula yang lebih besar dibangkingkan gula kelapa pada umumnya. Berbeda dari umumnya gula yang berbentuk silinder atau koin, perajin di kawasan Laguna Segara Anakan membuat cetakan dengan ukuran jumbo.
Kata dia, satu butir gula berbobot 1,2 kilogram. Cetakannya adalah baskom alias panci plastik. Alasannya, agar proses pencetakan bisa cepat dan efektif. “Kalau ukurannya kecil-kecil nanti proses cetaknya terlalu lama,” katanya.
Meski berbeda ukuran, dia mengklaim kualitas gula produksi Laguna Segara Anakan tak kalah dari wilayah lainnya. Pun dengan rasanya yang tak kalah manis dan legit. “Kalau kualitasnya sama. Cuma ukurannya saja memang besar,” ujarnya.
Ahdin mengaku, dia sendiri menderes 150 pohon. Adapun produksi gulanya kisaran 50 kilogram per hari. Untuk membuat gula sebanyak itu, sulit untuk mencetaknya dengan ukuran-ukuran kecil. “Proses pencetakannya akan sangat lama, kalau ukuran gulanya kecil-kecil,” ungkapnya.
Sementara, Pengurus Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Serikat Tani Mandiri (STAM) Cilacap, Ahmad Yunus mengatakan selain menanam padi, sebagian petani di kawasan Laguna Segara Anakan memang menambah penghasilan dengan menyadap nira. Pasalnya, padi di wilayah ini hanya panen satu kali setahun. “Karena tidak terlalu bisa diharapkan tanaman padinya jadi menjadi perajin gula,” ucapnya.
Menurut dia, gula kelapa membuat warga lebih sejahtera. Gula menjadi penghasilan utama di luar bertani di luar pertanian padi.