Jakarta, Gatra.com- Denny JA telah melaunching secara virtual buku terbaru berjudul "Jalan Demokrasi dan Kebebasan untuk Dunia Muslim: Indonesia sebagai Model". Ia berargumen, perubahan mendasar dunia akan terjadi jika mayoritas dari 50 negara Muslim hijrah memeluk demokrasi dan kebebasan.
"Indonesia dapat menjadi model, walau Indonesia harus terus berevolusi menuju demokrasi yang penuh," katanya melalui rilis yang diterima Gatra, Kamis (5/3).
Buku ini, ujar Denny, buah renunganya selama 30 tahun. Itu dimulai sejak ia menjadi aktivis demokrasi era mahasiswa di tahun 1980an. Kemudian, Denny mendalami Ilmu politik tingkat Ph.D di Amerika Serikat tahun 2000an, dan penelitiannya mengamati perkembangan terbaru.
Tapi mungkinkah itu? Mungkinkah mayoritas lima puluh negara Muslim berbondong-bondong atau berangsur- angsur hijrah memeluk demokrasi dan kebebasan? Bukankah menurut data Democracy Index 2019, dari 50 negara yang mayoritas penduduknya muslim, 60 persen menerapkan politik otoriter? Yang menerapkan Full Democracy tak ada sama sekali, alias Nol persen? Hanya tiga negara Muslim, termasuk Indonesia, yang menerapkan demokrasi setengah matang (Flawed Democracy?)
Ujar Denny, jawabnya tak hanya mungkin, tapi harus. Ia mungkin karena sistem yang tumbuh di satu negara adalah anak kandung dari dinamika politik, ekonomi dan budaya.
Terbanglah lebih tinggi melihat lima ribu tahun peradaban. Apa yang kita lihat? Tak lain dan tak bukan yang nampak hanya satu: Yang tak berubah hanyalah perubahan itu sendiri.
Bekerjanya hukum sosial selalu mungkin memaksa lima puluh negara Muslim hijrah memeluk demokrasi dan kebebasan.
Lebih dari mungkin, ia harus! Mayoritas 50 negara muslim harus memeluk demokrasi dan kebebasan. Selalu lahir para pemimpi, pejuang, pahlawan yang inginkan lebih.
Pew Research Center, lembaga peneliti berpusat di Amerika Serikat menyatakan sejak tahun 2070 nanti, penduduk Muslim akan menjadi terbanyak di dunia.
Hadirnya negara muslim yang bebas dan demokratis, atau yang sebaliknya, akan mempengaruhi dunia nyaman atau bergolak. Apalagi saat itu, mulai tahun 2070, muslim adalah populasi paling banyak.
Demi dunia yang lebih baik, mayoritas lima puluh negara Muslim harus hijrah memeluk demokrasi dan kebebasan. Yang tersisa kemudian adalah kapan dan bagaimana?
Maka kitapun menyelam mengelaborasi “the social origin of democracy and freedom.” Asal usul dan kekuatan sejarah yang melahirkan demokrasi serta kebebasan itu yang menjadi kunci.
Buku yang Denny tulis ini penuh dengan data dan teori. Ia mengupas pula sejarah pertumbuhan demokrasi di Eropa, Amerika Serikat dan belahan dunia lain.
Namun buku ini juga banyak kutipan puitis. Salah satunya dari Victor Hugo: “Tak ada yang lebih kuat dibandingkan gagasan yang waktunya telah tiba.” Gagasan demokrasi dan kebebasan telah tiba di dunia Muslim.
Ujar Denny, buku ini sengaja ia bagikan gratis lewat media sosial dalam bentuk pdf. “Saya ingin ikut mewarnai ruang publik agar semakin banyak debat gagasan.”