Kudus, Gatra.com - Belum adanya jembatan yang menghubungkan Desa Undaan Kidul, Kecamatan Undaan, Kudus dengan Desa Undaan Kidul, Kecamatan Karanganyar, Demak yang dibelah Sungai Wulan, membuat warga harus menggunakan perahu eratan untuk akses keseharian.
Pemilik Perahu Eratan, Noor Sidi mengatakan, dalam sehari ia mampu menyeberangkan ratusan warga dari Kabupaten Kudus ke Kabupaten Demak dan sebaliknya yang dibelah Sungai Wulan.
"Ada kalau ratusan yang saya seberangkan. Ada anak sekolah, buruh pabrik, petani yang hendak ke sawah, warga yang akan ke pasar dan sebagainya," tuturnya dalam bahasa Jawa, Rabu (4/3).
Kakek berusia 62 tahun itu mengaku, sudah mengoperasikan perahu eratan semenjak tahun 1970. Atas jasanya, setiap penumpang harus mengeluarkan uang sebesar Rp1.000 setiap menyeberang.
Sementara untuk pengendara sepeda harus membayar sebesar Rp3.000. Sedangkan untuk sepeda motor sebesar Rp6.000. "Sekali jalan seribu rupiah, kalau pulang pergi ya dua ribu rupiah untuk pejalan kaki saja itu," jelasnya.
Hanya saja ketika cuaca ekstrem dan debit air di Sungai Wulan meninggi, ia mengaku tidak membuka jasa perahu eratan. Lantaran mempertimbangkan aspek keamanan dan keselamatan.
"Seperti saat banjir beberapa pekan lalu, tidak beroperasi karena berbahaya. Sejak tahun 70-an hingga sekarang sudah tiga perahu eratan yang rusak," paparnya.
Partoyo yang merupakan seorang penumpang mengaku lebih nyaman menggunakan perahu eratan untuk mengakses dua kabupaten yang berbeda itu. Mengingat, jalur darat memiliki jarak tempuh yang cukup jauh.
"Jarak lebih dekat, kalau memutar kelamaan. Ya kalau sehari-hari untuk ke sawah ya paling satu dua kali, pulang pergi. Kan sawah saya ada di Kecamatan Undaan (Kudus)," ungkap warga Kecamatan Karanganyar, Demak itu.