Bantul, Gatra.com - Sedih lantaran minyak goreng bekas dibuang sembarangan dan mencemari lingkungan, pegiat bank sampah di Bantul membuat sabu cuci dari minyak jelantah tersebut. Omzet dari sabun cair dan batang merek Langis itu Rp5,2 juta sebulan.
Sabun dari jelantah itu inovasi bank sampah Berdikari Sejahtera yang dikelola Yomi Windriasni (39) bersama ibu-ibu perumahan Graha Banguntapan, Desa Potorono, Kecamatan Bangutapan, sejak April tahun lalu.
"Saat itu kami pusing dengan jelantah yang setiap bulannya terkumpul hingga 50 liter. Jika dijual untuk dijadikan bahan biodiesel, jelantah paling dihargai oleh pengepul antara Rp2.000 sampai Rp3.000 per liter," kata Yomi saat ditemui, Rabu (4/3).
Yomi pun belajar otodidak membuat jelantah sebagai sabun agar nilai ekonominya lebih tinggi. Dalam prosesnya, jelantah harus dinetralkan dengan direndam arang selama 24 jam. Usai itu, jelantah dicampur dengan soda api dan pewangi, lalu didiamkan selama minimal tiga hari.
Sebanyak 450 mililiter jelantah diberi 200 milileter soda api. "Aduk sampai merata hingga kental dan bisa ditambah parfum sesuai selera. Campuran itu harus langsung dicetak karena jika lama dibiarkan akan membeku. Kami jamin produk ini aman," kata Yomi.
Dari proses ini, seliter jelantah menghasilkan 14 batang sabun seberat 20 gram. Menurutnya, sabun batang yang bagus ditentukan pada proses awal pembuatannya.
Jika proses pembuatan berjalan baik, tanpa dicampur aroma parfum, sabun cuci batangan yang berkualitas ketika dicetak akan berwarna putih dan padat. Tapi bila ada kesalahan, maka sabun yang tercetak akan lembek, kotor, dan berwarna kekuningan.
Proses produksi sabun cuci cair hampir sama, tapi jelantah tidak dicetak dan dibekukan. "Kami menjamin sabun aman digunakan dan lembut di tangan. Selain itu, sabun ini juga ramah lingkungan serta mampu menghilangkan noda seperti darah, noda makanan, dan noda tanah," lanjutnya.
Sabun ini diberi merek Langis yang berarti bersih dalam bahasa Jawa. Setiap sabun batang dijual Rp15.000 dan sabun cair 250 mililiter seharga Rp25.000. Dalam sebulan, Yomi mengaku mampu menjual sabun batang maksimal 300 batang dan sabun cair 30 botol.
"Rata-rata penghasilan kami mencapai Rp5,25 juta dan kami putar kembali untuk mengembangkan usaha kelompok bank sampah ini. Terus terang, pembeli masih mayoritas melalui online," ujarnya.
Camat Banguntapan Fauzan Mua'rifin mengapresiasi inovasi Yomi dan ibu-ibu di bank sampak Berdikari Sejahtera. Ia melihat inovasi ini mampu mengurangi limbah dan menambah pendapatan masyarakat.
"Yomi tidak bekerja sendiri. Dia dibantu tetangga sekitar dengan hasil akhir dicek yang bersangkutan," ucap Fauzan.