Home Ekonomi Inflasi Banyumas Tertinggi di Jateng, Ini Penyebabnya

Inflasi Banyumas Tertinggi di Jateng, Ini Penyebabnya

Purwokerto, Gatra.com - Kabupaten Banyumas mencatatkan angka inflasi sebesar 0,58 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 103,83 pada bulan Februari 2020. Angka ini menempati peringkat tertinggi dibandingkan dengan lima kota lain di Provinsi Jawa Tengah yang diamati perkembangan harganya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyumas, Edy Aprotuwiyono dalam laporannya, menyebutkan, inflasi tertinggi kedua yaitu Cilacap 0,49 persen, Kota Kudus 0,39 persen, Kota Surakarta inflasi 0,41 persen, dan Kota Semarang 0,43 persen. Sedangkan inflasi terendah ada di kota Tegal sebesar 0,38 persen.

"Inflasi di Purwokerto Februari 2020 disebabkan kenaikan indeks IHK dari 103,23 pada Januari 2020 menjadi 103,83 pada Februari 2020," ujarnya, pada rilis inflasi di Kantor BPS Banyumas, Selasa (3/3).

Dia memaparkan, kenaikan harga juga ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran seperti pada kelompok makanan, minuman dan tembakau 1,52 persen, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,76 persen. Kenaikan juga terjadi pada kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,34 persen, kelompok kesehatan 0,06 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,40 persen.

Penyebab utama inflasi di Kabupaten Banyumas Februari 2020 adalah kenaikan tarif air minum PAM, bawang putih, cabai merah, telur ayam ras, beras dan rokok filter.

Ia menilai, kenaikan harga barang dipasaran tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain keterbatasan stok dan ketidaklancaran distribusi.

"Rokok kan kena pengaruh cukainya mau naik, karena banderolnya sudah naik, ada tambahan beberapa rupiah. Untuk pertanian sendiri karena masalah musim saja. Kalau panen berkurang produksi berkurang padahal permintaan bertambah. Itu kan jadi naik. Untuk bawang putih, itu kan barang impor dari China. Kalau daerah asalnya ada musibah seperti pasti akan naik," jelasnya.

Edy mengatakan, kelompok pengeluaran yang menyumbang deflasi, yaitu kelompok pakaian dan alas kaki 0,01 persen dan kelompok transportasi 0,15 persen. Sedangkan, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya, kelompok pendidikan, serta kelompok penyediaan makanan dan minuman restoran tidak mengalami perubahan indeks dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Komoditas yang menjadi penahan laju inflasi ini diantaranya, turunnya harga bensin, minyak goreng, daun bawang, pisang, dan labu siam/jipang.

Lebih lanjut Edy mengatakan, apabila dilihat perbandingan inflasi tahunan, inflasi Februari 2020 lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Februari 2019 (-0,26 persen) dan inflasi Februari 2018 (0,05 persen).

Adapun tingkat inflasi tahun kalender Februari 2020 sebesar 0,90 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Februari 2020 terhadap Februari 2019) sebesar 2,95 persen.

Sedangkan tingkat inflasi pada periode yang sama tahun kalender 2019 dan 2018 masing-masing sebesar -0,10 persen dan 1,34 persen dan tingkat inflasi dari tahun ke tahun untuk Februari 2019 terhadap Februari 2018 dan Februari 2018 terhadap Februari 2017 masing-masing 1,5 persen dan 3,62 persen.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas, Widarso menambahkan, kenaikan gula pasir, bawang putih harus menjadi perhatian Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Banyumas. Sebab, sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadan.

"Gula pasir beberapa hari kosong. Ini rawan kalau masuk Ramadan. Dikhawatirkan kalau Maret trennya naik dan April bisa naik lagi," ucapnya.

1001