Cilacap, Gatra.com – Degradasi yang dialami kawasan Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah berdampak langsung ke penurunan benih sidat di kawasan ini. Padahal, laguna yang semula berluas ribuan hektare itu adalah pemasok benih sidat terbesar di Indonesia.
Pembina Koperasi Mina Sidat Bersatu, Ruddy Sutomo mengatakan degradasi lingkungan disebabkan oleh dua faktor, yakni sedimentasi dan kerusakan oleh manusia. Sedimentasi berakibat kepada semakin menyempitnya kawasan laguna. Di sisi lain, penebangan mangrove untuk membuka lahan tambak juga semakin membuat kawasan nursery ikan semakin terbatas.
Dia mengungkapkan, sekitar 10 tahun lalu, sidat masih mudah dicari di anak-anak sungai Cimeneng maupun Sungai Citanduy yang bermuara di Laguna Segara Anakan. Namun, kini sidat sangat sulit didapatkan. “Itu artinya ada perubahan yang menyebabkan jumlah sidat semakin menurun. Penyebab utamanya adalah penurunan kualitas habitatnya,” katanya.
Padahal, menurut dia sidat adalah ikan yang bernilai sangat tinggi. Per kilogram sidat konsumsi berharga Rp150 ribu, dari petambak. Sedangkan benih lebih mahal lagi. Benih glass ell seharga Rp1,5 juta per kilogram. “Satu kilogram isinya sekitar 5.000-6.000 ekor glass ell. Kalau dipelihara bisa menghasilkan sekitar 4.000 ekor benih ukuran 30 ekor per kilogram,” ucapnya.
Dia juga mengatakan sampah menjadi masalah lain. Sampah dari hulu menyebabkan habitat ikan di kawasan laguna tak lagi alami. Tak jarang, sampah menyebabkan ikan mati.
Karena itu, dia mengusulkan agar semua pihak mengembalikan kelestarian Laguna Segara Anakan agar fungsinya kembali. Salah satu caranya yakni dengan pengerukan skala besar untuk mengembaikan luasan Segara Anakan. Selain itu, masyarakat juga harus bekerja sama untuk tidak lagi melakukan penebangan dan pembuangan sampah di sungai.