Cilacap, Gatra.com – Warga Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mengembangkan batik tulis berpewarna bahan alami, yakni buah mangrove. Mereka memanfaatkan sekitar tujuh jenis mangrove untuk menjadi pewarna batik mereka.
Ketua Sanggar Batik Mekar Canting, Ujungalang, Kampung Laut, Sodikin mengatakan lantaran batik dibuat dengan teknik tulis, maka harganya cukup tinggi. Sebab, penggarapan selembar kain batik memerlukan waktu dan tenaga yang tak sedikit.
Akan tetapi, biaya tenaga ini bisa ditekan dari murahnya pewarna yang dengan mudah didapatkan di kawasan Laguna Segara Anakan. Sebab itu, harganya masih terhitung kompetitif. Harga batik rata-rata Rp150 ribu per lembar. “Karena pewarnanya kan tinggal mencari di hutan mangrove. Ada yang khusus mencari,” katanya.
Menurut dia, harga batik juga dipengaruhi kerumitan motif batik. Semakin rumit, maka harganya akan semakin tinggi. Harga tertinggi batik berpewarna alami Rp500 ribu.
Sementara, Ketua Kelompok Krida Wana Lestari, Wahyono mengatakan batik menjadi salah satu penghasilan alternatif para pengelola Arboretum Mangrove di Laguna Segara Anakan. Di luar itu, pengeloa juga mendapat penghasilan dari penyediaan bibit mangrove, tiket wisata dan warung makan atau kuliner.
Kata Wahyono, batik ini juga dibuat untuk mengangkat atau memperkenalkan kekhasan wilayah. Karenanya, motif batiknya kebanyakan adalah flora dan fauna Laguna Segara Anakan. “Ada mangrove, ada ikan, udang, kepiting juga ada,” jelas Wahyono.
Dia berharap kegiatan produktif ini semakin ditingkatkan. Dengan begitu, warga akan mendapat penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Pasalnya, ikan semakin sulit didapat seiring berkurangnya Laguna Segara Anakan.