Home Ekonomi Cuaca Ekstrem Bikin Itik Brebes Malas Bertelur

Cuaca Ekstrem Bikin Itik Brebes Malas Bertelur

Brebes, Gatra.com - Curah hujan yang tinggi sejak Desember 2019 berpengaruh pada produksi telur itik di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Produksi telur itik yang digunakan untuk membuat telur asin itu merosot lebih dari 50 persen sehingga peternak merugi.

Salah satu peternak itik di Desa Wanasari, Kecamatan Wanasari, Tarodi (56) mengatakan, hujan yang turun terus menerus disertai angin kencang dan petir membuat itik enggan untuk bertelur. "Sekarang sedang menurun produksinya karena hawa dingin. Itik enggak mau bertelur kalau hawa dingin karena stres," kata Tarodi kepada Gatra.com, Sabtu (29/2).

Tarodi mengungkapkan, dari 300 bebek yang ia pelihara, telur yang dihasilkan bisa mencapai 270 butir per hari saat musim kemarau. Jumlah itu menurun drastis selama musim hujan. "Kalau musim hujan per hari paling banyak hanya menghasilkan 100 telur," ungkapnya.

Menurut Tarodi, kondisi tersebut membuat peternak kecil seperti dirinya mengalami kerugian. Hasil penjualan telur selama musim hujan tak bisa menutup biaya operasional. "Sehari operasional Rp200 ribu. Telur yang dijual tiap tiga hari sekali hanya Rp500 ribu. Buntung (rugi)" ucapnya.

Apalagi, lanjut Tarodi, harga pakan juga terus mengalami kenaikan. Dia mencontohkan harga bekatul yang saat ini mencapai Rp4.000 per kilogram dari sebelumnya Rp2.000 per kilogram.Begitu juga harga ikan filet dari semula bisa didapatkan gratis kini dihargai Rp2.000 per kilogram.

"Harga pakan mahal, tapi harga telur yang dijual peternak tidak pernah naik. Dari dulu per butirnya Rp1.700 sampai Rp1.800. Paling mahal Rp2.000 kalau mau Lebaran saja," ujarnya.

Telur yang dihasilkan itik-itik Tarodi biasanya dijual ke bakul atau pedagang tiap tiga hari sekali. Dari bakul, telur selanjutnya dijual lagi ke pengusaha telur asin untuk diproses menjadi telur asin. "Permintaan tambah banyak kalau telurnya sedikit. Tapi harga tidak naik dan pakan mahal, jadi tidak nutup (biaya operasional)," ujar Tarodi.

900