Kupang, Gatra.Com -- Lembaga Pemasyarakatan (LP ) Kelas II A Kupang saat ini menampung 76 terpidana korupsi dari 566 orang narapidana dari berbagai kasus. Selebihnya ada 24 terpidana kasus narkoba, 3 terpidana kasus teroris dan sisanya 453 orang terpidana umum.
“Saat ini di LP Kelas II A Kupang dihuni 566 nara pidana atau lebih lazim disebut warga binaan. Pembinaan dan fasilitas lain seperti makan minum kepada mereka diperlakukan sama. Tidak ada Napi yang diistimewakan walau dari mereka ini ada mapan, seperti mantan pejabat dan pengusaha,” kata kepala LP Kelas II A Kupang, Badarudin Md.I.P.S.HI ( 29/2).
Badarudin juga menyebutkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan saat ini termasuk LP Kupang bukanlah tempat yang menakutkan seperti bayangan masyarakat tempo dulu. Seperti di film-film, tapi lebih pada pembinaan dan sosialisasi.
“Kalau zaman dulu mungkin orang membayangkan kalau masuk LP itu seperti masuk neraka, sekarang tidak seperti itu. Para narapidana atau warga binaan diperlakukan sangat baik dan manusiawi. Mereka diberikan juga pendidikan formal dan non formal. Juga diberikan ketrampilan seperti pekerjaan produktif, juga pembinaan rohani,” jelas Badarudin.
Semua nara pidana ujar Badarudin juga diberikan pembinaan sesuai sesuai program yang sudah ada dan baku. Semua diberikan beragam sesuai ketrampilan yang diminati seperti bengkel otomotif, pembuatan batako dan ketrampilan lainnya.
“Pembinaan ketrampilan bagi Narapidana ini dengan harapan ketika mereka keluar dari Lembaga Pemasyarakatan, mereka bisa memiliki bekal hidup secara lebih baik. Pembinaan ketrampilan yang diberikan disesuaikan profesi dan kemampuan narapidana, warga binaan. Mereka memilih sendiri dan dilatih,” ujar Badarudin.
Di Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Kupang juga kata Badarudin ramah Lansia, Ada Posyandu Lansia yang rutin dilakukan tiap bulan di Lapas tersebut dalam kerjasama dengan pihak Kelurahan Oesapa. "Selain Posyandu Lansia, Lapas Kelas II A juga selalu melakukan pendekatan dan pembelajaran dengan para warga binaan untuk bisa bersosialisasi dengan masyarakat,” katanya.
Badarudin juga menjelaskan menghadapi para narapidana atau warga binaan memang tidak mudah, penuh beragam masalah. Namun berkat sosialisasi dan pembinaan rutin mereka juga memahami. Sering juga dilakukan operasi dadakan di Blok untuk mencegah hal –hal yang tidak diinginkan.
“Memang tidak mudah. Namun berkat pembinaan dan pendekatan secara intern semuanya berjalan baik. Bahkan tak jarang juga kami harus melakukan operasi-operasi dadakan untuk mengantisipasi hal hal yang tidak diinginkan. Fungsi kontrol dan waspada sangat diperlukan apalagi menghadapi narapidana yang masih punya jaringan di luar. Misalnya seperti narapidana narkoba dan napi teroris ,” jelas Badarudin.
Terkait hal ini juga adanya layanan pendidikan formal dan informal bagi Narapidana yang masih dalam usia pendidikan dengan harapan ketika mereka keluar dari Lembaga Pemasyarakatan, mereka bisa memiliki bekal hidup secara lebih baik.
Reporter: Antonius Un Taolin