Jakarta, Gatra.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, kasus virus Corona atau Covid-19 secara global sudah mencapai 83.652 kasus dengan 1.358 penambahan kasus baru. Namun hingga kasus itu dirilis, Indonesia masih belum melaporkan adanya temuan wabah yang berasal dari Wuhan, Cina tersebut.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia dan Persatuan RS Seluruh Indonesia, Hermawan Saputra menyebut, nihilnya temuan virus Corona dari Kementerian Kesehatan justru patut dipertanyakan. Sebab jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 267 juta penduduk, 10 bandara bertaraf internasional, serta destinasi wisata yang kerap dikunjungi tamu dari mancanegara, memiliki risiko penularan virus yang cukup besar.
"Kemudian di bandara punya termo scanner namun assessment berupa wawancara saja. Termo scanner itu tak mampu, dia hanya mengukur suhu badan demam segala macam. Sementara Covid-19 dia punya masa inkubasi 14 selama hari. Jadi kalau orang baru (terinfeksi), tidak akan muncul. Ini menjadi tantangan kita sendiri," kata Hermawan dalam diskusi di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (29/2).
Hermawan melanjutkan, dalam pertemuan internal para pegiat dan analis kesehatan masyarakat, akhirnya didapatkan tiga pendekatan teori atau penyebab tak terdeteksinya virus Corona di Indonesia. Tiga hal itu di antaranya under-reported, atau kasus yang tak terlaporkan, failed detection atau kegagalan dalam mendeteksi dan dismatch, atau ketidakcocokan standar WHO dengan yang diterapkan di Indonesia.
Dari ketiga pendekatan itu, Hermawan menilai under-reported merupakan penyebab yang paling memungkinkan. Ia menjelaskan, jika tidak terlaporkan, berarti terduga korban sudah terpapar namun pihak rumah sakit tidak mampu membacanya atau pihak keluarga tak berkenan mengautopsinya.
"Sejauh ini teori kita tadi under-reported, boleh jadi ini masih praduga, orang yang sudah terinfeksi dan meninggal dunia cuma karena tidak pernah diperiksa atau keluarganya tidak rela diautopsi sehingga terkubur bersama jasad. Ini boleh jadi, artinya tidak ada catatan atau bisa jadi juga orang terinfeksi tidak terdampak atau (menunjukkan) gejala apa-apa," papar dia.
Ia menambahkan, orang yang terinfeksi Covid-19 memang tidak selalu meninggal, bahkan bisa jadi tidak menunjukkan gejala pada umumnya. Namun virus itu bisa mengendap dalam tubuh seseorang.
Penularan virus tersebut pun bisa melalui banyak hal dan perantara. Sejauh ini, Hermawan memastikan bahwa faktor utama penularan ialah imunitas diri dan lingkungan sekitar.
"Tergantung imunitas dan tergantung lingkungan juga. Artinya kasus itu sangat spesifik. Semua kemungkinan bisa saja terjadi," terangnya.
Lebih lanjut, Hermawan menyebut Indonesia sebenarnya sudah memiliki instrumen yang cukup banyak dan baik dalam menangani suatu wabah. Ia mencontohkan, di bawah Kementerian Kesehatan, ada Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang menjadi garda terdepan untuk memeriksa orang-orang yang datang dari luar negeri di bandara atau pun pelabuhan.
Selain itu, ada juga pusat pengendalian penyakit menular, tenaga surveillance atau tenaga medis yang disebut Hermawan sudah ada di hampir seluruh dinas kesehatan. Ia justru mempertanyakan sinergisme antar lembaga dalam menangani kasus tersebut.
"Artinya human resourches kita cukup melakukan kajian lapangan, dan bahasa kita (punya) 'health intelligent', tetapi apakah sinergitas yang mengakibatkan ini?" tanya dia