Jakarta, Gatra.com – Setiap tahun murid lebih dari 10.000 sekolah di 160 negara mengikuti ujian Cambridge dengan satu tujuan yakni lulus dengan nilai terbaik. Ternyata beberapa pelajar Indonesia tidak hanya lulus, mereka bahkan berhasil meraih penghargaan ‘Top in the World’ dan ‘Top in Indonesia’ untuk prestasi cemerlang dalam mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, serta beberapa mata pelajaran khusus seperti Ilmu Komputer (Computer Science), Pariwisata (Travel and Tourism) dan Sudut Pandang & Penelitian Global (Global Perspectives & Research).
Pada tahun ini, Cambridge Assessment International Education memberikan penghargaan Outstanding Cambridge Learner Awards kepada 139 murid SMP dan SMA se-Indonesia untuk ujian Cambridge International General Certificate of Secondary Education (IGCSE), AS Level, dan A Level pada Juni dan November 2019.
Dari hasil ujian tersebut, sebanyak 38 pelajar Indonesia berhasil meraih prestasi ‘Top in The World’, 66 pelajar mendapatkan gelar ‘Top in Indonesia’ dan 41 pelajar meraih penghargaan ‘High Achievement termasuk dari Jawa, Sumatera, dan Bali. Penghargaan ‘Top in the World’ merupakan prestasi yang paling bergengsi karena hanya diberikan kepada pelajar yang mendapatkan nilai rata-rata tertinggi di suatu mata pelajaran dibandingkan semua pelajar lain di dunia.
Sedangkan penghargaan ‘Top in Indonesia’ diberikan kepada pelajar yang telah berhasil memeroleh nilai rata-rata tertinggi di Indonesia dalam suatu mata pelajaran. Penghargaan juga diberikan untuk nilai gabungan dari berbagai mata pelajaran.
Salah satu murid penerima penghargaan ‘Top in the World’ untuk mata pelajaran Global Perspectives & Research di tingkat AS Level yakni Hagan Hatoto Barus. Siswa kelas 12 di Sekolah Mutiara Harapan, Pangkalan Kerinci Riau itu tidak menduga nilai yang diperolehnya melebihi nilai rata-rata tertinggi di dunia.
“Saya tidak menyangka dapat mencapai nilai rata-rata tertinggi di seluruh dunia. Sebenarnya, waktu itu saya merasa minder dari teman-teman di Jakarta yang mungkin pendidikannya jauh lebih maju, fasilitasnya jauh lebih modern,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Gatra.com, Jumat (28/2).
Lebih hebatnya di luar prestasi ‘Top in the World’ ini, Hagan juga memeroleh penghargaan ‘High Achievement’ untuk mata pelajaran Psikologi di tingkat A Level. Bagi Hagan, persiapan menghadapi ujian Global Perspectives & Research merupakan pengalaman menarik karena mata pelajaran ini unik dari kurikulum Cambridge. Global Perspectives & Research merupakan salah satu mata pelajaran favoritnya karena mendorong murid untuk berpikir lebih kritis seputar ilmu pengetahuan sosial seperti isu perubahan iklim, intoleransi, isu nasional dan global lainnya.
Terlebih ujian Global Perspectives & Research juga bukan hal yang umum untuk sebagian pelajar Indonesia. Hagan menyampaikan selain ujian tertulis ia juga diharuskan memilih topik yang diminati dan menyampaikannya melalui presentasi. “Mata pelajaran ini mengajarkan saya untuk mengerti sudut pandang dari semua orang terhadap isu dunia, serta membuat pikiran lebih terbuka terhadap pendapat-pendapat tersebut,” jelasnya.
Prestasi lainnya juga diboyong oleh Richie Adrian Wahidin. Siswa dari BPK Penabur Jakarta, Kelapa Gading itu sukses mengantongi dua penghargaan yakni: ‘Top in Indonesia’ untuk mata pelajaran Fisika dan juara pertama untuk ‘Best Across Four Cambridge International AS Level’.
Richie mengatakan ia selalu melakukan persiapan dari dua hingga tiga bulan sebelum ujian. “Sehari total saya mencoba dua jam untuk belajar. Kalau hari Sabtu saya kadang belajar sama teman jadi kalau ada yang tidak mengerti kita semua bisa saling bantu,” katanya.
Richie membeberkan keberhasilannya meraih nilai tertinggi. Caranya bukan dengan menghafal tetapi dengan meluangkan waktu untuk memahami materi. “Saya awalnya baca buku dulu, habis selesai baca, saya mulai mengerjakan past papers. Jadi itu tes dari tahun-tahun sebelumnya, saya kerjakan dari 2015 sampai 2018. Setiap ketemu pertanyaan yang saya tidak mengerti, jawabannya tidak dihafalin tapi cari di internet, kenapa jawabannya seperti itu,” ujar Richie.
Cara tersebut menurutnya lebih efektif ketimbang menghafal setiap pelajaran yang ada di buku. “Kalau hanya melihat buku terus coba hafalin, pasti susah. Tapi kalau mengerti konsepnya, untuk menjawab pertanyaannya akan lebih mudah,” katanya lagi.
Di kesempatan terpisah, guru fisika di BPK Penabur Jakarta, Sherly Kalatting mengaku bangga dengan prestasi para murid di kancah nasional maupun internasional. “Saya cukup bangga, ternyata mereka sangat hebat. Kita sebagai guru melakukan tugas dan tanggung jawab, kita sebagai sekolah memfasilitasi yang terbaik. Tapi untuk mendapatkan outstanding award memang perlu siswa-siswi yang berbakat dan highly motivated.”