Jakarta, Gatra.com - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan virus corona yang mewabah di seluruh dunia, membuat pasar keuangan global ikut meradang. Para investor dunia, masih terus menarik diri dari pasar keuangan.
"Pasar keuangan global memang sedang berkembang radang. Karena memang investor global, dari seluruh negara, tidak hanya di Indonesia. Seluruh negara itu memang mengira, seluruh perkembangan dari virus corona memang menyebar," katanya, di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (28/2).
Perry menjelaskan, karena dampak virus corona, nilai tukar di sejumlah negara mengalami memperbaiki perlemahan. Misalnya saja Korea yang memecahkan perlemahan hingga 5,07 persen per hari atau tahun hingga saat ini (ytd). Sedangkan mata uang bath Thailand terdepresiasi sebesar 6,42 persen. Dolar Singapura mengurangi perlemahan sebesar 3,67 persen. Sedangkan ringgit Malaysia yang terdeprediasi 2,91 persen.
Sementara itu, nilai tukar rupiah juga meningkat perlemahan sebesar 1,08 persen ytd, menjadi di level Rp14.000 terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Lagi-lagi virus corona itu sekarang berdampak pada investor global, menentang investasi mereka di berbagai negara. Mereka pada saat ini sedang membeli dulu. Kemudian keluar dulu, kemudian mau kondisikan membaik, kemudian masuk lagi," ujar Perry.
Meski begitu, lanjut Perry, perlemahan yang dialami rupiah tidak seburuk negara-negara lainnya. Penyebab, Bank Indonesia telah melakukan upaya penstabilan pasar, yaitu dengan triple investasi.
"Kita melakukan tiga intervensi di tiga aspek. Pertama di spot, yaitu menjual valas untuk menguatkan nilai tukar rupiah. Kedua, kita menstabilkan nilai tukar melalui DNDF. Ketiga, intervensi melalui pembelian SBN (Surat Berharga Negara) yang dilepas oleh investor asing," kata Perry.