Surabaya, Gatra.com - Pemerintah Kota Surabaya dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengadakan pertemuan di Surabaya. Pertemuan itu membahas visi dan misi penanganan anak-anak korban terorisme.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Deputi Bidang Penindakan dan Pencegahan BNPT Brigjen Budiono Sandi dan jajarannya menghadiri pertemuan tersebut. Secara spesifik, mereka membahas penanganan anak korban terorisme secara humanis.
Budiono tidak menjelaskan bagaimana penanganan secara hukum dan di lapangan terkait terorisme. Meski demikian, dia menyatakan telah mensinergikan cara-caranya dengan seluruh instansi terkait seperti Pemkot Surabaya dan Kepolisian.
"Sehingga (Jatim) mempunyai kesamaan tindakan dalam penanggulangan terorisme. Jadi, tidak ada lagi keraguan," kata Budiono di Surabaya, Kamis (27/2).
Sementara itu menurut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini , anak korban terorisme perlu penanganan secara psikis pada aspek ideologisnya. Hal itu dilakukan untuk menetralisir doktrin terorisme yang terlanjur terpatri di dalam otak anak-anak yang menjadi korban.
"Harus di-counter dengan pemahaman ayat-ayat (Al-Quran) dan bahwa Islam itu indah. Harus dijelaskan secara detail dan jangan sepotong-potong," kata Risma.
Senada, Kepala Seksi Bimbingan Kemasyarakatan Lapas Klas 1 Porong Bambang Sugianto mengatakan, pendekatan humanis terhadap orang yang terpapar terorisme harus bersifat humanis. Bukan, dengan dihadapkan langsung dengan ajaran agama praktis.
Menurutnya, pelaku terorisme merasa dirinya yang paling hebat soal pemahaman agama. Sehingga, lanjutnya, para narapidana akan menyatakan permusuhan terhadap siapapun, termasuk pemerintah yang mencoba menceramahi mereka dengan doktrin agama.
"Dengan pendekatan agama, kita nggak ada apa-apanya bagi mereka. Belum apa-apa, kita sudah di-togutkan. Nggak bakal jalan," tutur Bambang.
Soal cara penanganan untuk korban paparan terorisme anak, Bambang mengaku belum berpengalaman soal itu. Meski demikian, dia memandang cara yang sama juga efektif bagi anak korban terorisme.
"Karena kalau kita bisa menyentuh hati mereka, itu lebih mengena. Ketimbang harus melawan dengan dalil-dalil. Jadi, pendekatan secara kekeluargaan itu formula yang lebih tepat," katanya.