Jakarta, Gatra.com - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro, mengatakan pihaknya akan mendorong pengurangan jumlah impor Bahan Baku Obat (BBO).
Seperti dijelaskan Bambang sebelumnya, saat ini sekitar 90 persen Bahan Baku Obat dan Alat Kesehatan (Alkes) di dalam negeri masih berupa barang impor. Sehingga, Bambang menargetkan ada pengurangan dalam jumlah signifikan dalam hal impor BBO dan Alkes dalam 5 tahun kedepan.
"Memang kita tidak bisa bilang dalam 5 tahun semua BBO dan Alkes produksi dalam negeri, Tapi kalau sudah bisa mengurangi secara signifikan, 60 ke 70 persen misalkan, itu udah prestasi luar biasa," kata Bambang saat ditemui di Kampus UI Salemba, Jakarta, Rabu (26/2).
"Karena kita tahu persoalan BBO dan Alkes ini bukan perkara mudah. Ini menyangkut nyawa manusia. Makanya, kita paham prosedurnya sangat sulit, tapi intinya kita harus mulai dalam kegiatan risetnya untum membuat produk yang bisa berhadapan dengan produk impor," ujar Bambang.
Bambang juga mengharapkan, pengembangan riset di sektor kesehatan dapat mencontoh negara lainnya dimana pada pelaksanaan awal, pemerintah bisa melakukan pembelian produk dalam jumlah besar.
"Ya kemudahannya, kita kan tahu bahwa hibah riset ini kan yang paling besar diberikan ke kesehatan. Maka ini, kalau bisa didorong obat tersebut untuk diedarkan, baik digunakan dalam JKN [Jaminan Kesehatan Nasional] maupun dipakai rumah sakit. Yang paling penting itu. Kalau kita lihat negara yang sudah sukses, ada jumlah pembelian besar oleh pemerintah di awalnya," jelas Bambang.
Terakhir, Bambang mengatakan bahwa pengembangan BBO dan Alkes tersebut tidak akan spesifik nengarah ke produknya seperti apa. Namun, yang jelas Bambang ingin memperbanyak jumlah produksi tersebut, baik dari variasi Biodiversitas yang digunaan maupun terkait jenis penyakit yang dituju oleh obat tersebut.
"Karena ini kan intinya obat yang telah melalui uji klinis. Itu kan tidak mudah, intinya kita ingin dorong yang melakukan Research and Development (RnD) obat Indonesia itu, nantinya bisa mendapatkan reward yang setimpal ketika masuk pasar," pungkas Bambang.