Jakarta, Gatra.com - Kondisi ekonomi dunia yang tidak kunjung membaik, praktis membuat Indonesia ikut merasa khawatir. Meski tidak seperti negara lainnya yang langsung terkena dampak sulitnya perekonomian dunia, lambat laun Indonesia akan ikut terimbas juga.
Untuk menghadapi perlemahan ekonomi yang mungkin juga akan terjadi di dalam negeri, pemerintah memutuskan untuk membuka ruang pelebaran defisit.
"Jadi kalau di situasi ekonominya turun, dimana penerimaan pajak kita akan juga melemah, memang kita tahu diri, untuk meningkatkan defisitnya," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam acara CNBC Economic Outlook 2020, di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, Rabu (26/2).
Sri Mulyani menjelaskan, saat ekonomi Indonesia ikut mengalami perlemahan, maka tidak mungkin bagi pemerintah untuk tetap menerapkan kebijakan yang ketat. Sebaliknya, pemerintah harus memberikan relaksasi sebanyak-banyaknya, agar siklus ekonomi di Indonesia tetap berjalan.
Sementara itu, pelebaran defisit bukanlah merupakan suatu hal yang buruk untuk dilakukan. Sebaliknya, pelebaran defisit dilakukan untuk melawan situasi yang tengah sulit karena ketidakpastian global.
"Ekonominya lemah, pemerintahnya tetap mau karena penerimaan pajaknya turun, maka kita semua juga harus potong semua belanja. Maka ekonominya akan semakin nyungsep. Kayak gitu kira-kira. Dan di dalam kebijakan fiskal itu, counter terhadap situasi, kalau ekonominya lagi lemah, saya nggak boleh ikut lemah. Saya membebaskan," jelasnya.
Bendahara negara itu mengaku, saat ini pihaknya masih terus mengamati situasi ekonomi dunia. Sehingga dapat melihat, apakah nantinya pemerintah perlu untuk melakukan pelebaran defisit atau tidak.
"Nanti kita lihat, kan hitungannya nanti kombinasi dari berbagai hal. Tapi kita sudah mengantisipasi, karena di dalam Undang-undang APBN 2020 kan (defisit) didesain untuk 1,76 persen, itu cukup konservatif. Jadi pasti nanti kita akan lihat, roomnya, ruangannya masih sangat ada," kata Sri Mulyani.