Padang, Gatra.com - Punya rumah impian dan milik sendiri di usia muda memang mimpi semua orang. Apalagi rumah sudah menjadi kebutuhan primer. Kini, impian itu bisa diwujudkan dengan mudah bersama PT Bank Tabungan Negara (BTN) sesuai selera tipe rumah yang diinginkan.
Kendati demikian, maraknya investasi bodong membuat sebagian enggan dan takut untuk kredit rumah, terutama ke pihak developer. Pasalnya, banyak korban developer bodong yang mengatasnamakan pihak perbankan. Nyatanya hingga target perjanjian yang ditentukan rumah impian yang dijanjikan tidak kunjung dibangun.
Arfan (38), Asisten Redaktur Posmetro Padang, pernah jadi korban developer bodong tahun 2017. Dengan lesu sekaligus kecewa dia mencerita pengalamannya ditipu pihak developer. Beruntung, uang puluhan juta yang dibayarnya masih bisa ditarik kembali. Kini dengan uang yang dikembalikan itu, dialihkannya ke Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di perbankan.
Begitu pula Endang (40), wartawan Rakyat Sumbar, juga pernah mengalami hal serupa tahun 2016 lalu dengan kerugian Rp10 juta. Waktu itu dia tertipu oleh salah satu perusahaan developer di Aie Dingin, Lubuk Minturun, Koto Tangah, Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar). Keinginannya memiliki rumah sendiri pupus seketika atas penipuan itu.
"Waktu itu tertera cicilannya murah hanya dengan uang panjar Rp10 juta, karena tidak mungkin numpang ke mertua selamanya," kata Endang kepada Gatra.com, Senin (24/2) di Padang.
Keterangan Endang, dia bersama istri sudah lama mengidamkan rumah sendiri. Nasib berkata lain, ia sempat tertipu dengan developer bodong yang tidak jelas kerjasamanya dengan perbankan. Atas kejadian itu, alumnus Sosiologi Universitas Andalas itu semakin hati-hati untuk mengajukan KPR, agar tidak masuk lubang kedua kalinya.
Adapun alasan membeli rumah KPR bersubsidi, dikarenakan penghasilan yang pas-pasan. Baginya butuh waktu lama mengumpulkan uang ratusan juta agar bisa membeli rumah. Dia mengimbau, agar masyarakat tidak bernasib sama, sebelum membeli rumah KPR, sebaiknya dipastikan ke pihak perbankan yang bersangkutan.
Berbeda dengan Edwin (30), kendati masih dalam usia muda, ia lebih percaya membeli rumah KPR bersubsidi melalui BTN. Sekitar lima tahun yang lalu, dia bersama istrinya mulai membeli sebuah rumah di Gunung Pengilun, Kota Padang melalui BTN. Pengakuannya, hingga kini rumah tidak ada persoalan, dan angsuran lancar.
Bagi ASN Pemkot Padang itu, memiliki rumah sudah menjadi suatu keharusan. Kendati masih berusia 25 tahun waktu itu, dia sudah berani membeli rumah melalui BTN dengan sistem potong gaji. Apalagi, melalui BTN proses KPR-nya sangat gampang dan cepat, hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk verifikasi.
"KPR rumah saya perumahan PT Ardana di Gunung Pangilun, dalam jangka 15 tahun. Tidak terasa, sudah jalan lima tahun, karena sistem potong gaji setiap bulannya. Dulu BTN Properti-nya belum gencar, hanya verifikasinya by phone, sangat cepat. Sekarang tentu lebih cepat lagi melalui aplikasi, lebih plong," terang Edwin.
Menjawab persoalan kasus seperti itu, Deputi Branch Manager Business BTN Cabang Padang, Imam Ghozali, memastikan semua proyek perumahan KPR sudah diverifikasi dan divalidasi terkait legalitas perizinannya. Termasuk di antaranya, dokumen agunan, dan lainnya serta BTN juga bermitra dengan notaris secara mengikat.
Dengan demikian, Imam mengatakan, BTN menjamin tidak ada investasi atau developer bodong terkait KPR. Baik yang bersubsidi, maupun KPR non-subsidi. Tentu hal ini dikarenakan, sifat KPR yang ditawarkan memang konsumtif untuk pemilikan rumah. Apalagi, BTN berpegang teguh untuk mendukung pembiayan sektor perumahan.
"Semua developer yang bermitra dengan BTN ada legalitasnya, kerjasamanya jelas. BTN juga bermitra dengan notaris untuk pengikatan KPR-nya. Jadi selama ini belum ada kasus bodong seperti itu," terang Imam saat ditemui di ruangannya.
Apabila ada konsumen yang ragu membeli rumah KPR, Imam menyarankan sebaiknya mencari informasi developer yang bermitra dengan BTN. Kemudian, sebelum adanya kepastian dari pihak BTN, diharapkan jangan membayar uang panjar (DP) terlebih dahulu ke pihak developer yang bersangkutan untuk pengajuan KPR.
Menurutnya, untuk mengetahui pihak developer yang valid saat ini sudah gampang. Semua informasi terkait developer mitra BTN, tipe rumah, harga rumah, jumlah kredit atau angsuran, lama angsuran, serta lokasi rumah KPR terpampang jelas di laman btnproperti.co.id. Semua informasi jenis perumahan yang dibutuhkan masyarakat masa kini bisa dilihat di laman ini.
Dengan Digitalisasi Lebih Gampang
Tidak dipungkiri, seiring perkembangan zaman pertumbuhan teknologi informasi semakin tajam. Selaku bank yang berkomitmen melayani sektor perumahan, BTN menyadari laju disrupsi teknologi yang kian pesat. Menyikapi hal itu, BTN kini sudah melayani sektor perumahan melalui aplikasi BTN Properti Mobile.
Aplikasi ini bisa diunduh di Play Store smartphone masing-masing. Dengan aplikasi ini, setiap proses dijamin aman, sebab semua developer sudah terverifikasi langsung oleh BTN. Bukan itu saja, di aplikasi ini bisa memantau besaran angsuran, status KPR, tipe rumah, jumlah pinjaman, hingga bisa konsultasi langsung melalui fitur chat yang tersedia.
Deputi Branch Manager Business BTN Cabang Padang, Imam Ghozali mengatakan, BTN Properti Mobile ini solusi miliki rumah lebih mudah, termasuk bagi milenial. Pasalnya, apabila harga rumah tidak sesuai dengan jumlah tabungan, BTN juga memiliki layanan KPR langsung. Tentu untuk merasakan kemudahan ini, harus mengisi akun member secara lengkap.
"Milenial sekarang ini, rata-rata tamat kuliah di usia 22 tahun. Nah, setelah bekerja sekitar 2 tahun, tentu sudah bisa mengajukan KPR subsidi untuk rumah masa depan," tutur Imam meyakinkan.
Selain itu, BTN sebagai market share KPA/KPR terbesar, kredibilitasnya tidak perlu diragukan lagi. Apalagi, BTN memang terpercaya melayani sektor perumahan. BTN juga berhasil bertransformasi secara berkelanjutan, baik human capital, IT, dan proses. Khusus di Sumbar, sudah 100 lebih developer mitra kerja BTN, yang tersebar di 19 kabupaten/kota.
Bagi Imam, adanya layanan online dan aplikasi BTN Properti Mobile, sangat membantu kerja developer. Selain layanan semakin cepat, data serta persyaratan pengajuan KPR lebih mudah didapatkan. Hal ini karena calon pembeli selaku member, telah mengisi langsung segala syarat dan proses kredit jual-beli rumah.
Demi terjaminnya proses jual-beli, mitra developer perumahan yang ingin menjual rumah bersubsidi harus tercatat di aplikasi Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (SiKumbang). Kemudian, bagi calon pembeli pun harus terdaftar dalam Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan (SiKasep), dengan mengisi biodata lengkap, seperti KTP, NPWP, serta penghasilan.
"Selama ini selalu terserap dan mencapai target, khususnya KPR bersubsidi. Jadi tahun ini kami optimis bisa lebih banyak menggaet milenial," kata Imam meyakinkan.
Terkait kemudahan layanan ini, Yandri (25) sangat berminat untuk mendapatkan rumah KPR melalui BTN Properti Mobile. Apalagi saat ini dia sudah berkeluarga dan memiliki satu orang anak. Baginya, dalam kondisi seperti ini harus dipersiapkan rumah sesegera mungkin. Terutama anak yang semakin bertambah usia.
Pengakuannya, dia sudah lama memantau rumah KPR di laman website btnproperti.co.id, dan mencari tipe rumah dengan harga yang sesuai. Dengan informasi yang disajikan BTN Properti tersebut, setelah berkonsultasi dengan sang istri, sudah memantapkan hati untuk membeli rumah KPR melalui aplikasi yang disediakan BTN itu.
"Kita masih memantau, menimbang-nimbang sesuai budget, dan pendapatan per bulan dulu. Setelah punya rumah, setidaknya tempat berteduh sudah plong," ungkap pekerja wiraswasta itu.
Komitmen Wujudkan Rumah Milenial
Kalangan milenial merupakan pangsa pasar yang empuk bagi industri saat ini, termasuk sektor perumahan bagi perbankan. Tidak mau ketinggalan pusaran pasar milenial, perbankan yang bernama Postpaarbank zaman Hindia Belanda tahun 1897 ini, ikut menjaring kalangan itu dalam mendongkrak KPR.
Baru-baru ini, BTN meracik program KPR anyar, yakni KPR Gaeesss yang menyasar kaum milenial. Hal ini mengingat orang usia muda rentang 21-35 tahun di tanah air masih banyak yang belum memiliki rumah sendiri. Umumnya terkendala karena minimnya kemampuan mengumpulkan uang muka, dan jumlah angsuran.
Mengetahui potensi pasar milenial yang sangat besar itu, BTN memberikan gimmick yang menarik. Mulai dari gratis administrasi, uang muka mulai dari 1 persen, bunga single digit, dan tenor yang diberikan hingga 30 tahun. Diprediksi milenial akan mendominasi penduduk Indonesia 2020 sekaligus menjadi penggerak ekonomi nasional 2030 mendatang.
"Minimal usia yang kita tawarkan 21 tahun. Bagi TNI atau Polri, bisa mulai dari 0 persen. Setidaknya, anak-anak muda sekarang sudah punya perencanaan masa tuanya nanti, untuk memiliki rumah sendiri," kata Brand Consumer Loan Unit (BCLU) BTN Cabang Padang, Lessy Indrawati saat ditemui Gatra.com di meja kerjanya.
Dikatakannya, kisaran usia milenial yang membeli rumah KPR di BTN selama ini beragam, rata-rata usia 25-30 tahun. Besaran setoran awal yang diberikan BTN juga bervariasi. Misalnya, untuk ASN, Polri sebesar 5 persen, untuk swasata skala besar 10 persen, dan wiraswasta 15 persen. Sementara ASN, Polri kemampuan bayar diangka 60-70 persen, dan non fix income/swasta 30-45 persen.
Menurut Lessy, kehadiran KPR Gaeesss ini untuk menjawab kebutuhan milenial masa depan. Besarnya segmen milenial ini mendorong BTN terus berinovasi, dengan meluncurkan layanan berbasis online. Hanya dengan sentuhan jari, KPR Gaeesss sudah bisa melayani milenial untuk memiliki rumah impian. Prosesnya pun sangat mudah, yakni dengan istilah 151.
"Maksudnya, 1 hari pemberkasan, 5 hari proses, 1 hari persiapan verifikasi dokumennya. Seminggu permohonan siap disetujui," tambah Lessy.
Lessy mengakui, di Sumbar KPR Gaeesss ini belum banyak diketahui dan dimanfaatkan. Padahal, apilkasi ini sudah diluncurkan sejak 2019 lalu. Pihaknya akan terus bersosialisasi, mengingat kepedulian masa depan milenial. Dengan aplikasi ini, semua tentang properti perumahan bisa diakses dengan mudah.
Selain itu, bagi yang mengambil KPR Gaeess ini, uang muka yang dikeluarkan cukup lima persen dari harga rumah. Angsuran untuk besaran kredit yang ditawarkan juga terbilang cukup menarik, hanya 8,99 persen untuk harga rumah di atas Rp250 juta, dan 9,49 persen untuk harga di bawah Rp250 juta.
Kendati tidak membeberkan secara detail, khusus untuk Kota Padang, rata-rata setiap tahunnya, yakni Rp350 miliar untuk KPR subsidi, dan Rp178 miliar untuk KPR non-subsidi (platinum). Sementara untuk Sumbar tahun 2018-2019, dari target KPR subsidi Rp420 miliar bisa terealisasi Rp484 miliar. Sedangkan untuk KPR non-subsidi mencapai Rp249 miliar dari target Rp220 miliar.
"Jadi total realisasinya Rp733 miliar dari target Rp640 miliar. Khusus tahun 2020, target kita Rp334 miliar, untuk KPR subsidi Rp180 miliar, dan Rp72 miliar untuk non-subsidi. Tahun ini ada tantangan tersendiri, karena ada keterbatasan kuota kita," terangnya.
Berdasarkan prediksi Badan Pusat Statisik (BPS), tahun 2020 sebanyak 56,7 persen penduduk kota akan mendominasi total perkaraan yang menembuas 273 juta jiwa. Masyarakat urban itu didominasi kaum milenial. Namun data dari Kementerian PUPR, generasi milenial yang belum memiliki rumah mencapai 81 persen, atau 31 persen dari total penduduk Indonesia.
Dengan besarnya segmen tersebut, menurut Lessy target tahun 2020 ini diprediksi optimis bisa tercapai. Apalagi BTN memberikan biaya provisi sebesar 50 persen, dan suku bunga yang diberikan hanya 8,25 persen fixed selama 2 tahun. Kemudahan-kemudahan itu dinilai akan menggaet milenial ke depannya.
Terakhir diketahui, hingga akhir November 2019, BTN mencatat total penyaluran KPR keseluruhan mencapai Rp190,15 triliun. Angka itu naik 11,2 persen secara tahunan dari Rp171 triliun per November 2018. demikian sejak diresmikan, BTN berhasil mencatat penyaluran KPR Gaeesss Rp9,3 triliun lebih. BTN juga menyatakan, sudah menyalur 3,46 juta unit lebih rumah.
Sementara Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumbar, Misran Pasaribu menyampaikan, pertumbuhan KPR di luar kredit kepemilikan ruko di Sumbar tergolong cukup baik. Dengan rincian, tahun 2018 outstanding kredit Rp3,66 triliun lebih, jumlah rekening 30.800, dan Non Performing Loan (NPL) 2,14 persen.
Kemudian, pada tahun 2019 terjadi peningkatan outstanding kredit menjadi Rp3,85 triliun lebih, jumlah rekening 32.492, dan Non Performing Loan (NPL) 2,42 persen. “Dalam rupiah, jadi pertumbuhannya 5,12 persen untuk outstanding, dan jumlah rekening 5,49 persen per tahun,” imbuh Misran.