Pekanbaru, Gatra.com - Pengamat Politik dari Universitas Riau, Hasanudin menilai, minimnya jumlah calon independen pada pilkada serentak di Provinsi Riau dipengaruhi oleh budaya politik pragmatis.
"Kita lebih pragmatis, pertimbangan ini bukan lagi keterkaitan emosi masyarakat itu dengan calonnya. Tapi lebih kepada menang kalah," ucapnya saat dihubungi Gatra.com, Selasa (25/2).
Menurutnya, sisi pragmatis tersebut bukan saja disuguhkan oleh masyarakat selaku pemilih, namun juga para bakal calon dari jalur independen. Dimana para bakal calon melihat "sisi kekurangan" untuk maju sebagai calon independen.
"Jadi ada kesadaran (bakal calon) tentang mesin politik yang tidak bisa digerakkan melalui jalur independen, sehingga itu turut mempengaruhi keputusan maju atau tidak," imbuhnya.
Sambung Hasanudin hasil gelaran pilkada terdahulu di Riau juga menunjukan belum adanya calon independen, yang berhasil memenangkan kontestasi.
"Sisi positifnya dari calon independen itu, pilkada ada calon alternatif," sambungnya.
Adapun jumlah calon independen dalam gelaran pilkada serentak 2020 di Riau kali ini sebanyak dua pasang. Yakni, drg Nurhadi SPoG - Kapten (Purn) Toni Sutianto SH. Dan pasangan Rezita Meylani - Djunaidi Rachmat. Keduanya maju di pilkada Indragiri Hulu.