Home Internasional Rantai Pasok Dunia Meriang

Rantai Pasok Dunia Meriang

Wabah COVID-19 membuat rantai pasok dunia terguncang. Isolasi dan karantina terhadap jutaan penduduk Cina memukul industri manufaktur.

 

 

 

Industri Korea Selatan mulai terimbas wabah COVID-19. Samsung Electronics menghentikan operasinya untuk sementara waktu di pabrik Gumi pada Sabtu pekan lalu, setelah satu karyawannya dipastikan terinfeksi. Pabrik ini memproduksi smartphone generasi terbaru, seperti Galaxy Z Flip dan Galaxy Fold. Senin sore, 24 Februari lalu, pabrik Gumi kembali beroperasi, setelah serangkaian tindakan karantina selesai.

Pada hari yang sama, Hyundai Steel menutup sebagian pabrik Pohang setelah seorang karyawan dipastikan mengidap COVID-19. Perusahaan mendisinfeksi seluruh pabrik dan memerintahkan semua karyawan untuk mengisolasi diri.

LG Electronics juga mengonfirmasi pada Senin lalu bahwa mereka telah menutup pusat penelitiannya di Incheon dari Sabtu hingga Senin, karena anak seorang karyawan dipastikan terinfeksi. Perusahaan menutup laboratorium penelitiannya dan meminta ratusan karyawan bekerja di rumah.

Pembuat mobil terbesar di negara itu, Hyundai Motor, dibuat dag-dig-dug karena gangguan pasokan suku cadang dari Cina. Selain itu, Hyundai dibayangi kematian seorang karyawan salah satu pemasoknya akibat COVID-19 baru-baru ini di Gyeongju, dekat pabrik Ulsan. Hyundai lalu membatasi orang luar memasuki kantor pusatnya di Seoul pada hari Senin, karena khawatir terhadap penyebaran virus.

Wakil Menteri Keuangan Korsel, Kim Yong-beom, mengatakan bahwa pemerintah sedang meninjau semua kebijakannya untuk meminimalkan dampak pada perekonomian, setelah menaikkan tingkat siaga ke "serius".

Kementerian Perdagangan, Badan Promosi Perdagangan-Investasi Korea, dan badan terkait lainnya, bersama-sama mengoperasikan sistem pendukung untuk perusahaan-perusahaan yang menderita akibat penghentian pasokan dari pabrik-pabrik di Cina.

 

***

 

Angka statistik yang dirilis pemerintah Cina, menyiratkan gelombang COVID-19 sudah mulai tertanggulangi. Meski demikian, kekhawatiran terkait dampak ekonomi dari wabah ini belum bisa dihilangkan. Pernyataan Duta Besar Cina untuk Uni Eropa bahwa dampak COVID-19 akan, “terbatas, jangka pendek, dan dapat dikelola,” tampaknya tidak banyak mengubah persepsi kalangan pebisnis. 

Pemerintah Cina terus berupaya menyakinkan publik bahwa pihaknya kompeten dalam menangani wabah ini. Mereka juga menjamin, wabah itu tidak akan banyak memengaruhi perekonomian mereka. Lewat televisi pemerintah, Presiden Xi Jinping menegaskan, negaranya masih dapat memenuhi target pertumbuhan ekonomi untuk 2020, meskipun ada epidemi.

Masalahnya, kepercayaan global belum pulih sepenuhnya karena industri di negara Tirai Bambu itu belum kembali normal. Pabrik-pabrik masih belum beroperasi sepenuhnya. Rantai pasok masih sedikit meriang.

Seperti diketahui, sistem rantai pasok Cina sangat kompleks dan masif. Satu mata rantai pasok, memiliki puluhan rantai pasok kecil di dalamnya. Jaringan-jaringan ini melibatkan ribuan pabrik di dalam dan luar Cina. Satu pabrik terganggu, seluruh jaringan akan merasakan dampaknya.

Provinsi Hubei, episentrum COVID-19, merupakan pusat utama produksi dan pengiriman suku cadang kendaraan. Menurut layanan data yang dirilis DHL, separuh dari total perusahaan manufaktur di Wuhan berkaitan dengan industri otomotif.

Dalam laporannya, DHL menyebutkan bahwa kebijakan pemerintah menutup Wuhan dan Provinsi Hubei, menghambat operasi logistik barang keluar masuk. Diperkirakan gangguan ini akan memangkas sekitar 15% volume industri otomotif pada kuartal pertama. Pengaruhnya akan dirasakan Toyota, Volkswagen, dan General Motors.

Jika pabrik-pabrik itu masih tutup hingga pertengahan Maret, situasinya menjadi lebih mengerikan, yakni kehilangan produksi lebih dari 1,7 juta unit untuk kuartal pertama atau penurunan sekitar 32,3% dari ekspektasi awal sebelum krisis dimulai.

Kehilangan pasokan menyebabkan seluruh rangkaian produksi terganggu. Meskipun pabrik mobil bisa mengalihkan sumber pasokannya ke negara lain, tetap membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Termasuk meningkatkan produksi dan pengiriman.

Situasi ini memusingkan para petinggi perusahaan otomotif dunia. Untuk mempertahankan produksi, produsen mobil Inggris, Jaguar Land Rover, bahkan menerbangkan suku cadang buatan Cina dengan koper ke Inggris.

Mesin industri raksasa Cina sangat bergantung pada tenaga kerjanya, sedangkan pekerja dikarantina di tempat tinggal mereka. Meskipun Cina mengizinkan sejumlah pabrik untuk kembali bekerja, tetap akan memakan waktu beberapa bulan sebelum industri manufaktur kembali ke kapasitas penuh.

 

***

 

COVID-19 jelas memberi efek jangka panjang pada industri manufaktur negara itu. Sejumlah analis memprediksi, kapasitas produksi akan turun hingga 50% pada Februari dan 20% selama triwulan pertama.

Bukan hanya industri otomotif. Industri smart watch, monitor komputer, dan televisi, diperkirakan turun jutaan unit pada kuartal I 2020, menurut perkiraan revisi dari TrendForce, sebuah perusahaan riset pasar.

Sebuah analisis baru yang diterbitkan oleh IDC, memprediksi penurunan penjualan smartphone di Cina lebih dari 30% pada Januari-Maret. Adapun Canalys Researchers memperkirakan, vendor teknologi cenderung menghentikan kegiatan pemasaran. Mereka tidak mungkin fokus pada peluncuran produk baru, termasuk perangkat 5G.

Associate Director di Strategy Analytics, Sravan Kundojjala, mengungkapkan analisisnya tentang dampak isolasi terhadap produsen cip, seperti Qualcomm, Mediatek, dan HiSilicon kepada Android Central.

Analis yang sudah mengkaji industri manufaktur Cina selama sepuluh tahun terakhir ini menilai, triwulan pertama 2020 akan lebih berat dari tahun lalu. Qualcomm memiliki pelanggan besar pabrikan ponsel Cina, seperti Xiaomi, Oppo, Vivo, Lenovo, dan lainnya.

Produsen ponsel Cina menyumbang lebih dari 40% pendapatan semikonduktor Qualcomm pada 2019. Pelanggan MediaTek di Cina menyumbang lebih dari 50% dari total pendapatan cip selulernya pada 2019.

 

Rosyid

 

- - - - - - 

 

Pointer

1. Pemerintah Korea Selatan sedang meninjau semua kebijakannya untuk meminimalkan dampak COVID-19 pada perekonomian, setelah menaikkan tingkat siaga ke "serius".

2. COVID-19 jelas memberi efek jangka panjang pada industri manufaktur Cina. Sejumlah analis memprediksi, kapasitas produksi Cina akan turun hingga 50% pada Februari dan 20% selama triwulan pertama.

 

Infografis

 

Perkiraan Penurunan Industri Elektronika Akibat COVID-19

Prakiraan

 

Smart Watch

Sebelumnya (juta unit): 14,4

Prakiraan revisi (juta unit): 12,1

% perubahan: -16%

 

Smartphone

Sebelumnya (juta unit): 307

Prakiraan revisi (juta unit): 275

% perubahan: -10,4%

 

Notebook

Sebelumnya (juta unit): 35

Prakiraan revisi (juta unit): 30,7

% perubahan: -12,3%

 

Monitor

Sebelumnya (juta unit): 29

Prakiraan revisi (juta unit): 27,5

% perubahan: -5,2%

 

Televisi

Sebelumnya (juta unit): 48,8

Prakiraan revisi (juta unit): 46,6

% perubahan: -4,5%

 

Mobil

Sebelumnya (juta unit): 21

Prakiraan revisi (juta unit): 19,3

% perubahan: -8,1%

 

Perkiraan smartphone merupakan unit yang diproduksi, peramalan mobil merupakan unit yang dijual, sedangkan yang lain merupakan pengiriman yang laku.

 

Sumber: TradeForce

 

- - - - - -

 

Jumlah Kasus Baru COVID-19 di Cina Makin Turun

Tanggal & jumlah kasus baru

14 Februari: 2662

15 Februari: 2097

16 Februari: 2132

17 Februari: 2003

18 Februari: 1852

19 Februari: 516

20 Februari: 977

21 Februari: 996

22 Februari: 978

23 Februari: 554

24 Februari: 883

25 Februari: 508

 

Sumber: worldodometer, Al Jazeera

136