Cilacap, Gatra.com – Hilangnya sawah seluas ratusan hektare dalam tiga proyek tol di Cilacap, Jawa Tengah diyakini tak mengganggu ketahanan pangan dan tak berpengaruh signifikan terhadap produksi gabah Cilacap sebagai salah satu lumbung pangan nasional.
Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Dinas Pertanian Cilacap, Sigit Widayanto mengatakan, di Cilacap secara definitif ada 58 ribu hektare lebih sawah produktif. Dari luasan tersebut, 53 ribu hektare di antaranya adalah sawah berstatus dipertahankan, atau kategori Lahan Pangan Perkelanjutan (LP2B). Adapun 5.000 hektare lainnya adalah kategori lahan cadangan atau LC2B.
“Ada ada potensi kehilangan (produksi gabah). Kalau dari sisi ketahanan pangan, sudah kita hitung, Mas. Tidak berpengaruh signifikan. Karena kita kan masih bisa mempertahankan 58 ribu hektare,” ucapnya.
Lahan cadangan itu, kata dia, bisa dikonversikan bagi peruntukan lainnya. Terlebih, tol Bandung-Cilacap, Cilacap-Pejagan dan Cilacap-Yogyakarta adalah proyek strategis nasional yang harus diutamakan. Karenanya, proyek tol otomatis masuk dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah maupun Cilacap.
“Kita pertahankan sebagai sawah. Lumbung pangan, Cilacap itu salah satu lumbung pangan provinsi maupun nasional. Dari angka itu masih cukup, dari angka 58 ribu hektare,” ucapnya.
Menurut dia, di luar lahan sawah definitif seluas 58 hektare tersebut, di Cilacap juga ada sawah-sawah baru yang tidak masuk dalam peta pertanian. Diperkirakan sawah yang tak masuk peta adalah 6.000 hektare.
Sawah tersebut berada di kawasan sedimentasi Laguna Segara Anakan sehingga belum bisa dipetakan karena status kepemilikannya yang belum jelas. Dengan begitu, secara faktual, luasan sawah di Cilacap diperkirakan mencapai 64 ribu hektare.
Doa mencontohkan, di Kecamatan Kampung Laut, Cilacap. Dalam peta, tertera bahwa luasan sawah di empat desa wilayah Kecamatan Kampung Laut ini hanya sekitar 1.100 hektare. Namun, kenyataannya, hanya di Desa Ujung Gagak yang dalam peta tak memiliki sawah, ada sekitar 1.000 hektare sawah yang digarap warga.
“Jadi ada ribuan hektare sawah yang tidak masuk data. Tapi berproduksi,” ujarnya.