Home Ekonomi Menteri UKM Minta Merek Bakpia Patuk & Wingko Babat Diatur

Menteri UKM Minta Merek Bakpia Patuk & Wingko Babat Diatur

Sleman, Gatra.com - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki menyinggung banyaknya jenis produk UMKM yang sama di suatu daerah sehingga membuat pengusaha kecil bersaing secara tidak sehat. Untuk itu, perlu konsolidasi berbagai produk tersebut.

Hal itu disampaikan Teten saat memberi motivasi ke sekitar 250 pelaku UMKM di acara ‘Kolaborasi untuk #KoperasiKeren dan #UMKMNaikKelas: Penyerahan Program Strategis Kementerian Koperasi dan UKM’ di Hotel Grand Tjokro, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (24/2).

Selain Teten, pegiat koperasi dan UMKM juga dimotivasi oleh Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Putri Tanjung, yang aktif sebagai pekerja kreatif dan wirausaha muda. Teten dan Putri juga dijadwalkan menyambangi sejumlah koperasi dan UMKM potensial di DIY.

Secara khusus, Teten mencontohkan produk kuliner yang sama dengan aneka merek di dua daerah yakni bakpia patuk di Yogyakarta dan wingko babat di Semarang.

Wingko babat disebut punya merek senada yakni menonjolkan ikon ‘kereta api’, meski produk dan produsennya berbeda. “Kalau bakpia patuk itu banyak sekali brand-nya. Brand terlalu banyak juga kurang bagus untuk UKM. Terlalu banyak ya berantem,” tutur Teten.

Untuk itu, pemda dan pemangku kepentingan UKM mesti melakukan konsolidasi atau menata banyaknya merek untuk produk-produk sejenis. “UMKM perlu diatur agar tidak cakar-cakaran, tapi justru menjadi kekuatan ekonomi rakyat yang bernilai bisnis tinggi dan membangun kesejahteraan,” kata dia.

Konsolidasi merek menjadi langkah penting sebab suatu merek jadi bagian penting dari model bisnis yang kini terus berkembang dan melahirkan model-model baru, termasuk inovasi cara dan sarana penjualan.

“Kita harus ciptakan inovasi untuk mengembangkan usaha. Bukan hanya produknya, brand juga penting,” kata Teten yang juga pengusaha kambing ini.

Menurut Teten, inovasi usaha terus berlangsung saat ini lantaran para pelaku ekonomi mencari kondisi normal baru di dunia usaha yang tengah dilanda resesi. Namun, dalam kondisi ini, UMKM punya peluang.

“Saat ini tengah resesi panjang. Pengusaha besar yang biasanya berinvestasi banyak menahan diri untuk mengembangkan usaha. Tapi UKM enggak bisa seperti ini, dapur harus tetap ngebul. Ini keunggulan UMKM di saat krisis. UMKM sangat fleksibel,” kata dia.

Kondisi ini tak jauh berbeda dengan saat krisis ekonomi 1998. Ketika itu, saat usaha besar berjatuhan, UMKM sanggup bertahan, bahkan sanggup meningkatkan ekspor hingga 3,5 kali lipat. “Saat resesi baru, di era disrupsi ini, UMKM mesti mencari model bisnis baru dan harus bangkit,” ujarnya.

211