Surabaya, Gatra.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG) akan memasang dua sensor Accelerometer tahun ini di Surabaya. Pemasangan alat itu berdasarkan pemetaan mikrozonasi gempa bumi.
Namun, BMKG belum menyatakan di mana saja lokasi pemasangan Accelerometernya. Hanya, dua Accelerometer itu akan melengkapi 10 unit sensor Intensity meter yang telah terpasang di Surabaya sejak tahun lalu.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, penambahan jumlah sensor, akan berpengaruh pada kecepatan waktu dan akurasi yang dibutuhkan untuk mendeteksi getaran. Dwikorita menargetkan proses deteksi selama 2 menit dengan penambahan sensor-sensor getaran di Surabaya.
"Idealnya itu, (deteksi gempa) secepatnya. Kalau gempa bumi di Palu, 2 menit, tsunami sudah dateng. Tapi di Surabaya nggak ada tsunami," kata Dwikorita di kediaman Wali Kota Surabaya, Senin (24/2).
Menurut Dwikorita, jumlah sensor yang dimiliki Surabaya hingga akhir tahun nanti, sudah terbilang ideal. Sebab, sensor itu juga akan terkoneksi pada ponsel agar aktivitas monitoring gempa bumi juga akan lebih cepat, akurat, mudah.
"Jumlah itu sudah cukup. Dan, jika ditambah sensor yang ada (terkoneksi) pada mobile phone, akan menambah kecepatan akurasi perhitungan," kata Dwikorita.
Saat ini, lanjutnya, BMKG baru mampu mendeteksi dan mengkalkulasi getaran paling lama adalah 5 menit. Sehingga, jika jumlah sensornya lebih banyak lagi, maka waktu deteksinya bisa jadi kurang dari 3 menit.
"Jadi, kecepatan untuk mendapatkan informasi (soal getaran) akan lebih cepat. Sehingga, penyelamatan (korban dampak gempa) akan lebih cepat," jelasnya.