Cilacap, Gatra.com – Pembudidaya sidat (Anguilla spp) di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mengandalkan benih sidat hasil tangkapan alam untuk menyuplai kebutuhan benih sidat ke seluruh Indonesia. Pasalnya, hingga saat ini sidat belum bisa dipijahkan oleh manusia.
Pembina Koperasi Mina Sidat Bersatu, Ruddy Sutomo mengatakan pihaknya membeli benih ukuran glass ell atau seukuran sapu lidi dari para penangkap benih di pantai selatan Cilacap. Benih tangkapan alam itu kemudian dipelihara hingga berukuran aman dipelihara di kolam pembesaran. “Waktu kecil itu dikarantina. Dibesarkan dulu sampai ukuran aman dipelihara untuk dibesarkan,” katanya.
Dia menjelaskan, satu kilogram benih sidat ukuran glass eel didapatkan dengan harga Rp1,5 juta. Benih glass eel kemudian dibesarkan di kolam khusus benih selama kurang lebih tiga hingga empat bulan, hingga berukuran sekitar 25 sentimeter atau sekitar 30 ekor per kilogram.
Setelah berukuran cukup aman, sidat baru dipelihara di kolam pembesaran atau dijual ke pembudidaya lain, baik di Cilacap maupun luar daerah. Tiap satu kilogram glass eel bisa menghasilkan antara 3.000-4.000 ekor benih sidat ukuran siap dipelihara di kolam pembesaran. “Harganya kalau yang ukuran 30 ekor per kilogram Rp180 ribu,” ujarnya.
Dia menjelaskan, dengan model pemeliharaan khusus glass eel ini, pembudidaya tidak kesulitan ketersediaan benih. Sebab, benih ukuran ini cukup berlimpah di alam. Sejauh ini, benih asal Cilacap telah terdistribusi ke seluruh wilayah. Namun, utamanya masih di Jawa dan Sumatera. “Tantangannya justru di budidayanya sendiri. Sekarang masih belum banyak yang terjun ke budidaya sidat,” ucapnya.