Cilacap, Gatra.com – Banjir dan serangan hama biawak menjadi masalah utama para pembudidaya sidat (Anguilla spp) di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Sebab, sebagian besar kolam berada di perairan air payau dataran rendah dan berdekatan dengan hutan mangrove.
Seorang petambak sidat di Desa Kaliwungu, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap, Jono Al Karman mengatakan banjir kerap terjadi karena kolam pembesaran berada di kawasan laguna. Akibatnya, tanggul jebol atau air melimpas tanggul kolam. “Masalahnya itu kadang jebol atau airnya meluap. Karena datarannya rendah,” katanya, dengan bahasa Jawa Banyumasan.
Dia mengaku banjir bisa menyebabkan kerugian hingga jutaan rupiah. Pasalnya, begitu air melimpas sidat akan kabur dari kolam. Untuk mengantisipasi kemungkinan banjir, petani sidat memelihara sidat dalam jaring. Kini, tiap kolam dilengkapi dengan jaring yang berfungsi seperti karamba. “Alhamdulillah kalau sekarang sudah tidak kabur-kabur lagi walau ada banjir,” ucapnya.
Karman mengungkapkan, Meski sudah memakai jaring apung, ancaman lain mengintai. Lantaran kolam sidat rata-rata berada di dekat hutan mangrove, hama Biawak kerap merusak jaring. Jika tak segera tertangani, sidat juga akan kabur. “Kalau kepiting dengan jaring yang lebih rapat tidak terlalu berbahaya lagi. Paling biawak itu yang kadang mengoyak jaring,” ujarnya.