Solo, Gatra.com - Kuliner khas Kota Solo yang satu ini seakan tak tergerus zaman. Sate Kere tetap ramai diburu penggemar makanan berbahan sederhana namun cita rasa istimewa.
Dari namanya saja, yakni kere atau miskin, kuliner ini menggunakan bahan makanan kurang berkelas, seperti tempe gembus dari ampas tahu, koyor atau lemak daging sapi dan tetelan atau daging kurang bagus dari tubuh sapi.
Bahan-bahan tersebut biasanya tidak menjadi bahan utama masakan. Namun di warung Sate Kere, bahan tersebut disulap menjadi makanan yang membuat penikmatnya menjadi lebih berselera.
Bahan murah lainnya yang juga biasa dipakai antara lain iso, babat, ginjal dan paru.
Kunci cita rasanya terletak pada sambal kacang dan potongan cabai yang melumuri bakaran bahan-bahan tersebut.
Tempe gembus, koyor, dan daging tetelan ditusuk kemudian dibakar di atas tungku arang. Cara menyantapnya sederhana, langsung dikoyak dari tusuknya atau bisa pula melepasnya satu persatu untuk dipindah ke piring.
Bagi yang menjadikannya lauk dapat menambahkan nasi atau ketupat.
Sate kere mudah dijumpai di sudut-sudut jalan Kota Solo. Kebanyakan menjual per tusuk sate gembus Rp1.000 sedangkan sate koyor atau tetelan sapi Rp2.000.
"Jualnya di depan Stadion R Maladi saat Car Free Day setiap Minggu. Hari Selasa sampai Sabtu di depan Toko Sami Luwes," kata Tari, pemilik Sate Kere Yu Tari kepada Gatra.com di warungnya, Minggu (23/2).
Saking larisnya dagangan di warung Yu Tari, penjual sampai tidak ingat berapa banyak yang sudah dijual sampai tak bersisa.
Penikmat Sate Kere asal Solo, Irma (22) mengatakan paling menyukai sate gembus. Rasanya yang sederhana namun istimewa membuat wanita berjilbab ini tak pernah absen mampir di Warung Sate Kere dan Sapi Yu Tari.
"Selalu minta ekstra cabai dan sambal. Saya menyukai pedas. Harganya terjangkau," katanya.
Tak ada yang tahu sejak kapan kuliner ini diakrabi masyarakat Kota Bengawan. Irma mengatakan sering jajan Sate Kere sejak masih SD.