Padang, Gatra.com - Selama tiga hari berturut-turut, angin kencang melanda sejumlah daerah di Sumatra Barat (Sumbar). Khususnya di Kota Padang, angin kencang yang terjadi sejak Kamis (20/2) hingga Sabtu (22/2), mengakibatkan belasan pohon tumbang diberbagai titik di kota.
Kasi Kedaruratan BPBD Kota Padang, Sutan Hendra, menyebutkan, berdasarkan laporan yang dihimpunnya, ada 13 pohon tumbang yang diakibatkan angin kencang tersebut. Belasan titik itu tersebar di Kecamatan Nanggalo, Padang Barat, Padang Timur, Pauh, Koto Tangah, dan Padang Selatan.
"Pohon tumbang yang terjadi itu mengakibatkan akses jalan jadi terhambat, menimpa rumah, dan kabel listrik terputus. Tapi material sudah kami bersihkan," kata Sutan di Padang, Sabtu (22/2).
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Minangkabau, Sakimin, mengamati, fenomena angin kencang ini sudah berlangsung selama tiga hari, terutama di bagian Bukit Barisan. Kendati angin kencang terjadi diiringi cuaca cerah, namun kecepatan angina mencapai 30 Knots atau 50-60 kilometer per jam.
Data BMKG juga menunjukkan, umumnya angina kencang terjadi pada pagi menjelang siang, hingga berlangsung malam hari. Terkait fenomena angin kencang ini, masyarakat diimbau untuk lebih waspada terhadap pohon tua, lapuk, atau objek rapuh karena bisa berpotensi tumbang. Pasalnya, angin kencang ini akan terus berlangsung hingga dua hari ke depan.
Selain itu, kelembapan udara yang cenderung kering disertai angin kencang, bisa memicu dan meningkatkan potensi kebakaran. BMKG melihat kondisi angina kencang ini berlangsung di beberapa wilayah Sumbar, seperti Kota Padang, Padang Pariaman, Kota Pariaman, Pasaman Barat, Padang Panjang, Agam, Pesisir Selatan, dan sekitarnya.
Hasil analisa BMKG, udara lapisan atas Stasiun Meteorologi Minangkabau menunjukkan terjadinya proses pemanasan di lapisan 950 mb, yang menimbulkan inversi suhu udara atas atmosfer relatif lebih panas dibanding di permukaan. Hal ini menyebabkan adanya proses pergerakan udara turun atau subsidensi, yang meningkatkan kecepatan angin turun di lereng, perbukitan, dan dataran rendah.
"Arus udara subsidensi ini juga tidak mendukung proses pertumbuhan awan-awan, sehingga kondisi cuaca di Sumbar cenderung cerah, karena pengaruh angin timur laut Sumbar bergerak ke pusat tekenan rendah di Samudra Hindia," terang Sakimin.