Sleman, Gatra.com – Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi menyatakan Kwarda Pramuka DIY akan memberi sanksi ke pembina Pramuka SMPN 1 Turi jika mereka terbukti lalai.
Kegiatan Pramuka SMPN 1 Turi menyusuri Sungai Sempor, Jumat (21/2), mengakibatkan sejumlah siswa hanyut dan tewas. Hingga Sabtu (22/2) sore, delapan siswi telah ditemukan meninggal dunia dan dua orang masih hilang.
GKR Mangkubumi menjelaskan Dewan Kehormatan Pramuka Kwartir Cabang Sleman dan Kwarda DIY akan memanggil dan memeriksa para pembina Pramuka sekolah tersebut.
“Semua pasti ada sanksi. Untuk yang mengeluarkan sanksi itu Dewan Kehormatan yang ada di kabupaten atau kota dan yang ada di DIY. Hasil yang didapatkan dari kepolisian nanti juga akan masuk ke kami dan akan kami tindaklanjuti,” kata GKR Mangkubumi di SMPN 1 Turi, Sleman, Sabtu.
Ia meminta para pembina Pramuka selalu berkoordinasi atau memberi informasi ke kepala sekolah ketika menggelar kegiatan di luar sekolah. Sebab setiap kegiatan Pramuka menjadi tanggung jawab gugus depan atau sekolah tersebut.
“Ketika melakukan kegiatan di luar sekolah supaya memberi informasi, utamanya kepada kepala sekolah,” ucap putri sulung raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, ini.
GKR Mangkubumi juga meminta para pembina Pramuka diberi edukasi kebencanaan. Hal ini supaya mereka berhati-hati memilih kegiatan luar ruang.
“Sebelum berangkat atau memilih kegiatan outdoor harus mengetahui plus minus, risiko-risiko yang ada. Kegiatan ini jumlah siswa yang dibawa ada 200 lebih dan pendampingnya hanya tujuh. Tentunya tidak bisa meng-handle sekian banyaknya ketika terjadi sesuatu,” tutur dia.
Menurut dia, para pembina Pramuka seharusnya tahu bahwa saat ini curah hujan cukup tinggi. “Para pendamping kelewatan atau lupa bahwa ini musim hujan yang hujannya itu lebat. (Semestinya) memprediksi air akan deras dan sebagainya. Ini agak kelewatan untuk dipikirkan,” ucapnya.
Kepala SMPN 1 Turi Tutik Nurdiana mengatakan kegiatan tersebut murni agenda sekolah. Namun ia tidak tahu 256 siswa diajak untuk menyusuri sungai. “Pembina tidak memberi informasi ke saya,” kata Tutik yang baru menjalani jabatannya 1,5 bulan.
Ia berkata, kegiatan susur sungai Pramuka di sekolahnya adalah kegiatan biasa. “Jadi ini program lama, semester sebelumnya juga ada,” ucapnya.
Reporter: Ridho Hidayat