Home Ekonomi Tradisi Pertahankan Pengolahan Kopi Luwak

Tradisi Pertahankan Pengolahan Kopi Luwak

Magelang, Gatra.com - Kafe sekaligus usaha pengolahan kopi “Pawon Luwak Coffee” menawarkan edukasi pengolahan kopi luwak sebagai daya tarik wisatawan.

Menurut pemilik Pawon Luwak Coffee, Prana Aji, edukasi menjadi nilai lebih yang didapat wisatawan selain menikmati kopi. Setiap pengunjung mendapat penjelasan proses pengolahan kopi luwak, dari cara memperolehnya di alam, penjemuran, roasting, hingga digiling.

“Kopi luwak bukan kopi biasa. Jarang kopi luwak, itu karena jumlahnya terbatas dan tidak bisa diproses massal. Jadi yang ditawarkan bukan sekadar minum kopi,” kata Aji saat ditemui di Pawon Luwak Coffee, tak jauh dari kompleks Candi Pawon, Wanurejo, Jumat (21/2).

Prana Aji mengaku biji kopi di tempat ini diperoleh dari luwak liar, bukan dipelihara dalam kandang. Biji-biji kopi tersebut dikumpulkan oleh para petani pengepul yang tersebar di lereng Gunung Sumbing di wilayah Kabupaten Temanggung dan Wonosobo.

Para petani secara berkala melepas luwak di sekitar kebun kopi. Mereka kemudian mengumpulkan biji kopi yang telah dimakan dan melewati proses pencernaan luwak.

Biji kopi hasil pencernaan luwak liar, konon memiliki cita rasa yang lebih enak dibandingkan luwak yang dipelihara dalam kandang. Sebab luwak liar bebas memilih biji kopi yang benar-benar sudah matang.

Sebelum digiling, biji kopi melalui 2 kali proses penjemuran dan dicuci bersih. Setelah kering, kulit biji kopi dipisahkan dengan cara ditumbuk pada lumpang batu.

Proses sangrai (roasting) dan giling hingga menjadi bubuk kopi sudah menggunakan mesin. 

“Proses kebanyakan manual. Karena kita mempertahankan cara tradisional dan memang produknya tidak banyak,” ujar Prana Aji.

Pawon Luwak Coffee mengolah kopi luwak jenis arabica dan robusta. Jenis arabica baik masih dalam bentuk biji maupun sudah digiling, dihargai Rp400 ribu per kemasan 100 gram. Sedangkan robusta dibaderol Rp250 ribu.

Di sini juga disediakan kopi luwak yang bisa diseduh dan dinikmati di tempat. Satu cangkir dihargai Rp25 ribu. 

“Pengunjung kita tawarkan minum dulu. Kalau tertarik baru kita tawarkan produknya,” katanya.

Prana Aji menyebut Pawon Luwak Coffee memperhatikan betul tampilan kemasan. Kemasan selain berfungsi menjaga kualitas produk juga harus menarik. Kemasan Pawon Luwak Coffee menonjolkan kesan tradisional dan kesederhanaan.

Prana Aji berharap pemerintah membantu promosi para pelaku usaha kopi di Magelang. Kualitas kopi di sekitar Kabupaten Magelang dan Temanggung layak dipromosikan menjadi produk ekspor.

“Dukungan secara fisik belum ada. Hanya mereka (pemerintah) tahu dan baru di-support secara lisan. Tapi pelatihan atau bantuan lainnya belum ada. Jadi selama ini kita mandiri,” kata Prana Aji.

Prana Aji mengungkapkan bahwa Indonesia terkenal memiliki cita rasa kopi yang beragam. Ada sekitar 26 jenis kopi yang sudah mengantongi sertifikat Indikasi Geografis dengan cita rasa yang berbeda-beda.

Prana Aji mengatakan tahun 2018 produksi kopi Indonesia mencapai 722,5 ribu ton. Sekitar 279,96 ribu ton (38,75 persen) dijual untuk kebutuhan ekspor. Negara-negara di kawasan Timur Tengah menjadi salah satu tujuan ekspor kopi Indonesia.

777

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR