Jakarta, Gatra.com - Sebanyak empat dari total 78 Anak Buah Kapal (ABK) yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) di kapal pesiar Diamond Princess, telah terinfeksi Corona Virus Disease (Covid-19).
Diketahui, saat ini keempat WNI tersebut sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit di Chiba dan di pinggiran kota Tokyo.
Pemerintah Indonesia berencana akan menjemput 74 orang sisanya yang dikategorikan sebagai pasien dalam pengawasan (PDP) untuk kembali ke Indonesia. Sebab, kapal pesiar Diamond Princess sudah menjadi epicentrum baru yang penyebarannya sama seperti di Wuhan, provinsi Hubei. Selain itu, penyebarannya yang begitu cepat sudah mencakup 15% dari populasi yang ada.
Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Achmad Yurianto mengatakan, pemerintah sudah menyiapkan dua skenario penjemputan WNI yang masih berada di kapal pesiar tersebut.
"Opsi yang kita sampaikan ke presiden ada dua. Pertama, kita jemput dengan menggunakan kapal rumah sakit TNI Angkatan Laut (AL) yakni KRI Soeharsoe. Yang kedua opsinya adalah menggunakan pesawat terbang seperti yang kita lakukan beberapa saat yang lalu," katanya saat temui media di kantor Kemenkes, Jakarta Selatan, Jumat (21/2).
Jika memakai alternatif pertama, lanjutnya, maka pelayaran dari Jepang ke Indonesia membutuhkan pengelompokan (clustering). Pengelompokan dilakukan dengan pembedaan kamar, mana yang sempat terpapar oleh teman sekamarnya yang positif, mana yang sempat sakit. Meski bukan mengarah Covid-19 dan mana yang sehat.
Namun, jika menggunakan pesawat terbang, maka observasi ketat dengan clustering dan sebagainya dilakukan di suatu tempat di Indonesia.
"Tentang tempatnya, sampai sekarang belum diputuskan tapi kita sudah menyiapkan salah satunya yang kemarin dipakai untuk observasi yaitu di Natuna, dan di beberapa tempat yang lain juga mulai disiapkan. Mudah-mudahan tanggal 22 besok adalah akhir dari observasi Jepang dan ada keputusan dari presiden Jokowi," terangnya.
Menurut Yuri kesiapan rumah sakit apung ini pun dilihat dari fasilitas yang sama dengan rumah sakit lainnya di daratan. KRI Soeharsoe memiliki lima kamar operasi, delapan tempat tidur di Unit Perawatan Intensif atau Intensive Care Unit (ICU), ruang rawatnya bisa diperlebar sampai dengan 150 tempat tidur.
“Terdapat alat-alat rontgen dan respirator apabila ada permasalahan dengan pernapasan di ICU,” katanya.
Yuri menyebut misi penjemputan ini akan membawa tim pengendali infeksi antara lain dokter spesialis paru, penyakit dalam, anastesi dan jantun. Tim tersebut merupakan dokter di Rumah Sakit Dokter Ramlan di Surabaya yang juga diperkuat oleh tim dokter radiologi, patologi klinik dari Kemenkes.
Dalam skema penjemputan para WNI di kapal pesiar Diamond Princess, lanjut Yuri, pemerintah akan meningkatkan kebijakan waktu observasi (karantina) selama 2x14 hari (28 hari) sesuai arahan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Apalagi, kapal itu sudah menjadi pusat wabah (epicentrum) baru dari Covid-19 dan munculnya mutasi baru yang gejalanya cenderung ringan, bahkan tidak bergejala (asymptomatic).
"Makanya, kita curiga bersamaan dengan karakter klinisnya yang berubah. Jadi kita berpikir ada proses mutasi dari genetik virusnya menjadi ke seasonal flu seperti flu biasa. Ini yang menarik sehingga sampai saat ini WHO mulai fokus dengan apa yang ada di kapal pesiar itu karena data ini mirip dengan beberapa kasus yang terjadi di luar Cina. Setelah ke luar dari Cina kok berubah menjadi tidak terlalu dominan gejalanya," tandas Yuri.