Sleman, Gatra.com - Peneliti Pusat Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada (Pustral UGM) Muhammad Zudhy Irawan meminta agar layanan transportasi publik di Kota Yogyakarta, bus Trans Jogja, dievaluasi dan rutenya didesain ulang. Hal ini agar subsidi dari pemerintah daerah senilai Rp7,2 miliar per bulan optimal.
Rekomendasi ini menjadi hasil diskusi bulanan bertajuk 'Ojek Online, Ancaman, Pelengkap, atau Nothing bagi Bus Trans Jogja' yang diselenggarakan Pustral UGM, di kantornya, kawasan kampus UGM, Jumat (21/1).
"Dari survei yang kami lakukan, ternyata keberadaan ojek online atau ojol yang meningkat dalam tiga tahun terakhir tidak menjadi ancaman bagi armada bus Trans Jogja seperti yang selama ini diasumsikan," katanya.
Menurut Zudhy, kajian lebih lanjut menyatakan karakteristik kedua angkutan itu berbeda. Ojol lebih dimanfaatkan penumpang yang harus melakukan perjalanan operasional, seperti mengejar keberangkatan kereta atau pesawat. Adapun penumpang armada Trans Jogja didominasi pekerja dan anak sekolah yang harus masuk rutin.
"Di ojol pekerja harian maupun sekolah anak ada, namun porsinya kecil sebab ongkosnya mahal, sehingga hanya digunakan sesekali. Armada Trans Jogja menjadi angkutan harian karena lebih murah," katanya.
Namun, secara keseluruhan, Zudhy melihat 17 rute yang dilayani 128 armada harus dievaluasi dan dirumuskan ulang oleh Pemda DIY sebagai regulator. Beberapa rute tidak memberikan pemasukan signifikan karena jumlah penumpang tidak memadai.
Ia mencontohkan rute Prambanan-Giwangan yang menempuh jarak panjang. Jumlah penumpang armada rute tersebut tidak sebanding dengan jumlah kursi yang tersedia. Padahal, sebagai angkutan perkotaan, jumlah penumpang menjadi aspek utama.
"Perubahan rute juga sebagai upaya mengoptimalkan subsidi oleh pemerintah yang setiap bulannya sebesar Rp7,2 miliar. Regulator, dalam hal ini Dinas Perhubungan, harus menyiapkan rute-rute baru yang terhubung dengan kawasan ekonomi tanpa meninggalkan rute lain," katanya.
Zudhy mengatakan besaran subsidi untuk Trans Jogja sangat wajar karena Pemda DIY menerapkan kebijakan perbaikan angkutan publik dari sisi keamanan dan kenyamanan dibanding menerapkan pembatasan jumlah kendaraan atau ganjil-genap.
Direktur PT Anindya Mitra Internasional (AMI) yang mengelola Trans Jogja, Dyah Puspitasari, membenarkan kajian Pustral UGM yang menyatakan bahwa tak ada korelasi antara ojol dan Trans Jogja.
"Trans Jogja adalah armada publik yang menjadi backbone (tulang punggung) angkutan perkotaan dan menjadi andalan pemerintah dalam memberikan pelayanan transportasi. Kami akui memang rute perlu mendapatkan perhatian dan evaluasi, terutama untuk kawasan ekonomi," katanya.
Namun Dyah menyatakan soal rute merupakan kebijakan Dinas Perhubungan dan PT AMI hanya selaku operator. Meskipun begitu, PT AMI pernah mengusulkan penambahan jalur untuk kawasan satelit di pinggir Kota Yogyakarta, seperti Bantul dan sepanjang Jalan Godean, Sleman.