Jakarta, Gatra.com - Perdamaian antara PT BFI Finance Tbk (BFIN) dengan Ongko Group alias PT Aryaputra Teguharta (APT) disambut baik oleh pelaku pasar. Para analis menilai dengan selesainya sengketa saham antara keduanya akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan maupun harga saham BFIN.
“Perdamaian ini membawa pengaruh fundamental bagi perusahaan, dan biasanya juga mempengaruhi pergerakan saham,” ujar Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee, melalui rilis yang diterima Gatra, Kamis (20/2).
Dengan berakhirnya sengketa dengan APT, lanjut Hans, BFI Finance dapat fokus dalam meningkatkan kinerja dan pertumbuhan aset perusahaan. Misalnya saja meningkatkan pelayanan pembiayaan berbasis teknologi kepada konsumen seperti yang tengah dilakukan oleh BFI Finance saat ini.
Seperti diketahui, BFI Finance belakangan tengah membesarkan anak usahanya yang bergerak di bidang financial technology (fintech) lending, yakni PT Finansial Integrasi Teknologi (FIT). “Apa yang dilakukan oleh korporasi akan menjadi perhatian pelaku pasar, dan langkah yang diambil oleh perusahaan akan mempengaruhi pergerakan harga sahamnya,” katanya.
Hal senada diungkapkan Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan. Menurut dia, sengketa yang berakhir damai memberikan kelegaan bagi investor. Tidak hanya pada investor yang sudah memiliki saham BFIN, namun juga kepada investor yang selama ini masih ragu untuk mengoleksi saham BFIN karena khawatir dengan sengketa tersebut. Apalagi sengketa tersebut telah berlangsung selama 16 tahun.
“Jika dilihat dari catatan kinerja BFIN sepanjang kasus ini berlangsung sepertinya perusahaan tidak begitu terganggu, bahkan ke harga saham juga tidak terlalu signifikan dampaknya,” katanya.
Hal itu, lanjut Alfred, dapat dilihat dari performa keuangan BFIN dalam empat tahun terakhir yang sangat stabil dan terus tumbuh. Bahkan pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan yang dialami oleh industri pembiayaan secara keseluruhan.
Adapun laba bersih BFIN pada 2015 adalah Rp650,29 miliar, lalu di 2016 naik menjadi Rp798 miliar. Bahkan di 2017, laba BFI melesat hingga 49 persen menjadi sebesar Rp1,18 triliun. Sedangkan di tahun 2018, laba bersih tumbuh sebesar 24 persen menjadi Rp1,47 triliun.
Menurut Alfred, jika laba tahun buku 2019 nanti yang diperoleh BFI Finance lebih tinggi dari denda yang harus dibayarkan, akan berdampak positif pada harga saham BFIN. “Jika pengaruh pembayaran ini tidak mempengaruhi performa keuangan BFIN, tidak ada masalah,” ujar Alfred.
Dalam keterbukaan informasi, BFI Finance mengatakan dampak dari perdamaian dengaan APT, mereka sepakat akan membayarkan sejumlah uang melalui dua tahap. Dimana pembayaran awal dilakukan pada November 2019 lalu sebesar 50 persen dari perjanjian yang disepakati. Lalu pembayaran kedua akan dilakukan pada Februari 2020 ini setelah prosedur administrasi pengadilan terselesaikan.
Analis dari CLSA Indonesia Handy Noverdanius dan Sarina Lesmina dalam risetnya mengatakan keputusan pengakhiran sengketa ini juga memberikan angin segar kepada para mitra BFI Finance, terutama perbankan yang memberikan pinjaman.
Selain itu, juga kepada kepada dua investor Italia yang ingin mengakuisisi saham BFI Finance. Seperti diketahui, Bank Komersil asal Italia Mediobanca berencana mengakusisi 19,9% saham BFI Finance, sementara Star Finance SRL sebesar 11 persen. Di mana proses akuisisi tersebut saat ini dikabarkan masih menunggu persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dalam risetnya, CLSA Indonesia menargetkan saham BFIN akan berada di kisaran Rp650 dalam jangka waktu 12 bulan atau naik 13 persen sejak perjanjian perdamaian dilakukan pada November 2019 lalu.