Medan, Gatra.com – Lorong kecil di Gang Bogel, Dusun XVI Mulyorejo, Jalan Pembangunan, Sunggal, Deli Serdang merupakan lokasi kediaman Rahmat, 35 dan istrinya, Rosmiel Simatupang, 32 serta anaknya Siti Rahayu, 7.
Pasangan suami istri ini hidup dengan tidak wajar di rumah kecil yang sangat sederhana. Rumah seadanya milik orang tuanya. Rahmat baru-baru ini menjadi bahan perbincangan bagi warga Sumatera Utara (Sumut). Pasalnya lelaki tersebut menawarkan ginjalnya di jalanan.
Rahmat mengatakan bahwa dia menawarkan ginjalnya untuk membiayai pengobatan anak mereka yang berusia 7 tahun. Anak tersebut merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Namun dua saudaranya telah meninggal dunia karena sakit.
Karena itu, Rahmat dan istrinya, Rosmeli Simatupang melakukan segala cara untuk membiayai Siti Rahayu yang menderita epilepsi dan mengalami disabilitas, cacat tidak bisa berjalan. Siti Rahayu mengalami penderitaan tersebut sejak usia sembilan bulan.
Dua dia sudah pernah menjalani pengobatan di rumah sakit. Namun mereka tidak pernah menyangka anak simatawayang tersebut akan mengalami hal buruk. Ditengah keterpurukan ekonomi, Rahmat mengatakan bahwa menjual ginjal solusi terakhir.
Dia menjajakkan ginjalnya diperempatan jalan Gatot Subroto Medan, di kawasan Pinang Baris. Dia melakukan hal tersebut setalah mendapat restu dari ibu dan istrinya. Rahmat mengaku tegar menawarkan ginjalnya. Karena itu adalah untuk kehidupan anak mereka.
Rahmat mengaku menjual organ tubuh demi anak mereka merupakan jalan satu-satunya. Dia tidak tahu kepada siapa harus mengadu. Dia yang sehari-hari bekerja sebagai petugas jaga di salah satu perusahaan tidak memiliki uang.
Upah yang diperolehnya hanya sebesar Rp 35 ribu per hari. Itulah yang digunakan Rahmat untuk menghidupi keluarga mereka. Sementara dia juga tidak mengerti cara mendapat bantuan pemerintah. Karena minim mendapat informasi dan latar belakang pendidikan yang rendah.
“Dulu saya pernah menjual darah, waktu anak saya berusia sembilan bulan. Dua kali saya menjual darah. Pertama Rp 1 juta dan yang kedua Rp 500 ribu. Uang itulah yang kami gunakan untuk membiayai hidup saat menjaga Siti Rahayu di rumah sakit,” terang Rahmat kepada Gatra.com, Selasa (18/2).
Rahmat mengatakan bahwa dia tidak pernah membayangkan kehidupan yang penuh dengan penderitaan. Saat anaknya yang pertama meninggal karena kurang gizi, dia bisa iklas dan tabah. Namun saat anaknya yang ketiga meninggal dengan kasus yang sama dia sudah mulati frustasi.
Dia mengaku bahwa dia tidak pernah memahami bagaimana caranya untuk mendapat bantuan dari pemerintah. Namun dia pernah mengetahui bahwa orang tubuh ginjal bisa dijual dengan harga yang lumayan.
Bayangan itulah yang terbersit dalam pikirannya. Sehingga sebagai kepala keluarga dia memutuskan akan menjual organ tubuhnya. “Tinggal anak ini harapanku satu-satunya. Dia adalah anakku,” katanya dengan wajah yang lesu.
Sejak viral di media publik dan media sosial, Rahmat mengaku sudah menerima bantuan seadanya dari sejumlah orang. Termasuk dari salah satu yayasan yang mendampingi pemulung dan orang pinggiran.
Selain itu bantuan dari kecamatan dan pemerintah juga sudah diperoleh. Namun belum dapat digunakan untuk pengobatan anaknya secara menyeluruh. Dia berharap anaknya dapat berjalan dan tumbuh normal bersama seperti anak yang lain.
“Setidaknya anak saya dapat berdiri, berjalan dan berlari. Bermain dan belajar bersama teman-teman seusianya. Saya berharap itu terjadi. Karena tinggal ini anakku, aku berdoa dan berjuang untuk itu. Apapun akan saya lakukan,” jelasnya.