Jakarta, Gatra.com - Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian (PTPP) Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) Dudi Iskandar, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan pengkajian terhadap penerapan presisi di dalam negeri.
Dudi mengatakan, BPPT telah bekerjasama dengan pihak Korean Institue Science and Technology (KIS-T) dalam pengkajian dan penerapan Teknologi presisi pertanian lewat penerapan Green House.
"Karena tahun lalu kita baru kajian, kondisi alam ya dan kebutuhan market. Karena kita kan tidak mungkin menggunakan teknologi pertanian presisi yang mungkin mengeluakan biaya yang mahal, namun tidak ada pasarnya," jelas Dudi saat dihubungi Gatra, Selasa (18/2).
Namun, Dudi mengakui bahwa saat ini Green House yang dimaksud masih pertanian presisi di tingkat Industri dalam bentuk kecil. Namun, diakui Dudi, BPPT juga mengambil peran dalam teknologi smart farming dalam lingkup yang besar.
"BPPT berperan dengan berkerjasama dengan BPS dengan remote sensing untuk citra satelit. Hal itu digunakan untuk pemetaan produktivitas pertanian di Indonesia. Itu sudah, di kedeputian TPSA," jelas Dudi.
Presisi pertanian yang dimaksud tersebut adalah untuk pemetaan produktivitas petani. Dudi mencontohkan, pada tahun 2021, teknologi tersebut bisa melihat berapa banyak produksi beras diseluruh area di Indonesia.
"Dulunya kan manual menggunakan orang, sekarang menggunakan data citra satelit. Kemudian setelah dapat data, kita lakukan ground check. Oleh petugas, kita mengetahui data koordinat tersebut. Lalu difoto, dan dimasukan ke dalam sistem. Kemudian, kita bisa data produksinya, BPS pun mengakui itu lebih akurat," pungkas Dudi.