Jakarta, Gatra.com - Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (TIM) menganggap revitalisasi TIM tak melibatkan para seniman. Mereka kecewa dengan keputusan yang dibuat tersebut karena tanpa adanya pembicaraan sebelumnya.
"Berangkat dari satu kebijakan itu seperti komet yg menghantam bumi. Mendadak kita hancur berantakan, kira-kira gitu," ucap Pimpinan Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (TIM), Radhar Panca Dahana saat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi X DPR RI, di kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (17/2).
"Tanpa ada kompromi, kaya ketetapan Tuhan aja. Gak ada bicara sama sekali dengan kami, kebijakan itu. Tahu-tahu sudah diberlakukan," imbuh Radhar.
Ia protes dan kecewa lantaran sebagai forum seniman, mereka sama sekali tidak diajak berbicara soal revitalisasi tersebut. Padahal, kata Radhar, mereka setuju untuk memperindah TIM asalkan ada komunikasi yang baik.
"Kami protes, karena cuma 1 masalahnya. Revitalisasi atau revitalisasi atau rehabilitasi TIM kita gak peduli namanya, kita setuju TIM menjadi lebih baik, lebih baru, setuju, tapi mbok ya ngomong," paparnya.
Ditambah, Radhar menjelaskan jika di dalam TIM sudah ada yang bekerja 20 hingga 50 tahun. Sekarang, dengan adanya pembongkaran dan pembangunan kembali, ia menyebutnya sebagai merusak ekosistem kebudayaan.
"Karena di dalam TIM itu ada orang yang sudah bekerja 30, 40, 50 tahun di dalamnya, dan itu harus diakui, hidup di situ, berproses di situ, termasuk membesarkan TIM, menciptakan ruh TIM, bukan saja sebagai pusat kesenian Jakarta, tapi Indonesia, jadi acuan. Tiba-tiba dia (Pemprov) bikin kebijakan yang meluluhlantakkan yang disebut ekosistem kebudayaan di TIM itu," jelasnya.