Slawi, Gatra.com - Layanan pembayaran non tunai menggunakan QR code keluaran Bank Indonesia, QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard), diterapkan dalam transaksi pembayaran di Desa Wisata Cempaka, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Penerapan ini menjadi yang pertama di Indonesia.
QRIS yang merupakan QR code standar di Indonesia untuk semua alat pembayaran berbasis digital seperti LinkAja dan OVO di antaranya diterapkan untuk transaksi penukaran uang dengan koin atau uang bambu di Pasar Slumpring yang menjadi salah satu destinasi di Desa Wisata Cempaka. Selain itu, penerapan QRIS juga dilakukan untuk transaksi pembayaran parkir dan toilet.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tegal Muhammad Taufik Amrozy mengatakan, penerapan QRIS untuk transaksi pembayaran di Desa Wisata Cempaka merupakan tindaklanjut dari Gerakan Nasional Non Tunai yang sudah dicanangkan pada 2014 dengan membudayakan transaksi non tunai.
"Kampanye itu harus terus kita lanjutkan secara masif termasuk di berbagai aktivitas ekonomi masyarakat, salah satunya di bidang pariwisata. Ini yang pertama di Indonesia penerapan QRIS untuk transaksi pembayaran di Desa Wisata," kata Taufik di sela sosialisasi penerapan QRIS di Pasar Slumpring, Minggu (16/2).
Taufik mengemukakan, saat ini sudah terjadi pergeseran pola pengeluaran masyarakat dari konsumsi ke leisure, seperti pergi berwisata. Pergeseran itu terutama terjadi di kalangan usia muda.
"Itu artinya leisure di tingkat paling rendah pun bisa dilakukan, seperti di Pasar Slumpring. Tidak harus ke hotel, ke Bali atau ke mana. Nah ini yang perlu kita sisir. Jadi QRIS tidak hanya masuk ke transaksi-transksi yang sifatnya bernilai besar, tapi juga transaksi di pasar rakyat seperti ini," jelas Taufik.
Menurut Taufik, penerapan transaksi non tunai memiliki sejumlah keuntungan, di antaranya lebih efisen, cepat, dan aman dari kejahatan karena cukup menggunakan telepon seluler. Dengan transaksi non tunai, anggaran yang dikeluarkan untuk mencetak uang juga bisa lebih dihemat karena kebutuhan uang tunai berkurang.
"Selain itu, juga mendorong peningkatan indeks government Indonesia karena dengan transaksi non tunai menjadi transparan dan controlable," tandasnya.
Taufik juga berharap penerapan QRIS di Desa Wisata Cempaka bisa semakin menggerakkan roda perekonomian masyarakat. "Sehingga kesejahteraan masyarakat juga meningkat," ujarnya.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Cempaka Abdul Khayi mengatakan, pada hari pertama penerapan Minggu (16/2), jumlah transaksi pembayaran yang menggunakan QRIS mencapai sekitar 50 transaksi.
"Setelah diterapkan respon dari pengunjung bagus. Tanggungjawab kami selanjutnya adalah bagaimana kami terus mensosialiasikannya kepada pengunjung. Ke depan semoga lebih baik lagi," ujarnya.
Salah satu pengunjung Pasar Slumpring, Afin (28) mengatakan, penerapan QRIS untuk transaksi pembayaran memudahkan terutama bagi pengunjung yang tidak membawa uang tunai.
"Perjalanan ke sini tadi tidak ada ATM, dompet juga tidak ada uang, aku bingung pakai apa. Untungnya sudah ada QRIS, jadi bisa langsung scan barcode pakai OVO, dan dapat koin untuk transaksi," ujar pengunjung dari Yogyakarta ini.