Home Gaya Hidup Ini Alasan Pusat Pemerintahan Banyumas Pindah ke Purwokerto

Ini Alasan Pusat Pemerintahan Banyumas Pindah ke Purwokerto

Banyumas, Gatra.com - Pemerintah Kabupaten Banyumas menggelar napak tilas perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas ke Purwokerto yang terjadi pada 7 Januari 1937 di Pendapa Yudhanegara, atau Pendapa Duplikat Sipanji, komplek Kota Lama Banyumas. Momentum pemindahan itu terekam pada even budaya Rengosan atau Boyongan Saka Guru Sipanji, Sabtu (15/2).
 
Peristiwa budaya itu melibatkan ratusan seniman, pelaku budaya, masyarakat seniman dari 27 kecamatan di Banyumas. Mereka berjalan kaki menggotong replika saka guru Pendapa Si Panji secara bergantian menuju Pendapa Kabupaten di Purwokerto. Perjalanan itu menempuh jarak 16 kilometer.
 
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Destianto mengatakan, suguhan budaya dalam rangkaian peringatan Hari Jadi ke 449 Kabupaten Banyumas ini mengangkat kisah tentang perpindahan ibukota Kabupaten Banyumas ke Kota Purwokerto. Peristiwa itu terjadi pada masa Bupati KRAA Sudjiman Mertadiredja Gandasoebrata.
 
"Kegiatan ini sebagai peringatan peristiwa perpindahan pusat pemerintahan dari Banyumas ke Purwokerto. Konon dari cerita itu, perpindahan ini  menggambarkan Purwokerto akan maju pesat dan menjadi kota dagang apabila dijadikan pusat pemerintahan," jelasnya.
 
Dia menjelaskan, napak tilas ini dimulai dengan upacara pelepasan tiga buah tiruan tiang saka diletakkan di halaman Pendapa Yudhanegara, Kecamatan Banyumas. Para prajurit keraton mengawal tiang yang hendak digotong tersebut.
Sejumlah bregada (pasukan pengawal) membawa replika soko guru pendapa Sipanji saat prosesi Rengosan Saka Guru dari Pendapa Yudhanegara Kecamatan Banyumas ke Pendapa Kabupaten Banyumas dalam rangka Hari Jadi Banyumas ke 449, di Banyumas, Minggu (15/2).(GATRA/Nugroho Sukmono/re1)
 
Dalam beberapa versi cerita, ada satu tiang saka pendapa yang tidak mau melewati Sungai Serayu, lantaran sang penunggu berbeda jenis kelamin dengan sungai tersebut. Saka itu pun dibawa memutar dari pantai utara baru ke Purwokerto.
 
Lantaran dikemas menjadi even budaya, tiang tersebut tidak dibawa dengan menggunakan kendaraan, melainkan digotong dengan berjalan kaki secara estafet. Titik pergantian penggotong berjumlah 19 titik besar di sepanjang jalur perjalanan
 
"Tetapi, pada kirab Boyongan Saka Sipanji ini, Saka Guru yang ngambek diceritakan sudah berada di Purwokerto. Jadi hanya tiga tiang yang dipindahkan," jelasnya.  
 
Setelah menerima laporan, Sekda Banyumas Wahyu Budi Saptono yang memimpin upacara melepas rombongan pembawa replika Saka Sipanji dari tempat asalnya, Kota Lama Banyumas menuju ke Alun-alun Kota Purwokerto. Dia berpesan kepada para punggawa untuk berhati-hati membawa saka Sipanji menuju Purwokerto.
 
"Sesampainya di Purwokerto segera dirikan saka Sipanji, setelah pembangunan selesai jangan lupa selenggarakan hiburan lengger," katanya.
9910