Kupang, Gatra.com - Investasi untuk pembangunan dirasa sangat penting namun tidak boleh mengabaikan mengabaikan konservasi di kawasan Taman Nasional Komodo (TNK ), Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan harus sesuai tata ruang yang sudah diatur.
“Kami memang mendukung semua investasi apapun untuk pembangunan karena untuk mendukung pariwasata di Taman Nasional Komodo. Tetapi kalau memang pembangunan itu mengganggu keaslian alamnya, jelas kami tolak ,” kata Sekretaris Komisi V DPRD NTT,Yohanes Rumat, Sabtu (15/2).
Di kawasan TNK, jelas Yohanes Rumat tidak boleh ada pembangunan yang mengabaikan konservasi.
”Kalaupun ada pembangunan, harus ada zona yang boleh dan tidak boleh,” jelas Yohanes Rumat.
Politisi PKB ini menegaskan, dalam geliat Labuan Bajo menjadi kawasan pariwisata super-premium, diperlukan adanya pembangunan, di antaranya seperti gedung, restoran, dan lain-lain ada di Pulau Flores.
“Kalaupun ada pembangunan, harus ada tata ruang wilayah. Tentu ada zona yang boleh dan tidak boleh. Tapi di kawasan TNK tidak boleh ada pembangunan yang mengabaikan konservasi. Tidak boleh ada pembangunan yang merusak alam,” katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Pramuwisata Indonesia Manggarai Barat (DPC HPI Mabar), Sebastian Pandang menyebut kawasan konservasi Taman Nasional Komodo (TNK) kini berubah menjadi kawasan investasi
“Ya kenapa saya bilang begitu, dari dulu Taman Nasional Komodo kita memproteksi, menjaga dia. Karena di samping menjadi sawah lading karena punya hukum konservasi di sana. Karena itu tidak boleh ada bangunan-bangunan, ada sentuhan-sentuhan pembangunan manusia yang modern yang kontradiksi dengan alam habitat atau ekosistem yang ada di Taman Nasional Komodo ,” ujar kata Sebastian Pandang .
Sebastian membeberkan, akhir-akhir ini program dari Pemerintah Pusat seolah-olah kawasan konservasi TNK sudah berubah. Sejumlah investor melakukan usaha wisata di dalam kawasan beberapa pulau itu.
“IIni sebenarnya bukan konservasi tapi investasi. Jika ini dibiarkan maka ke depan akan berbahaya bagi kehidupan Taman Nasional Komodo. Karena keaslinya akan hilang dengan sendirinya ,” jelas Sebastian Pandang.
Dia menyebut, ada beberapa pembangunan yang akan dilakukan di kawasan TNK, di antaranya tempat kuliner, resort, dan restoran yang mewah.
“Pembangunan tersebut ada di dalam kawasan TNK tepatnya di Pulau Padar dan Rinca. Saya harap agar semua pembangunan itu ditiadakan atau ditutup. Apalagi belakangan terus ada demo beruntun masyarakat yang menolak,” ujarnya.