Home Ekonomi Kemendag Didesak Terbitkan Persetujuan Impor

Kemendag Didesak Terbitkan Persetujuan Impor

Solo, Gatra.com – Melambungnya harga bawang putih disebabkan oleh virus corona yang menjangkiti masyarakat China. Untuk itu Perkumpulan Pelaku Usaha Bawang dan Sayur Umbi Indonesia (Pusbarindo) mendesak Kementerian Perdagangan menerbitkan surat persetujuan umpor untuk sejumlah importir baru. Upaya ini harus segera dilakukan agar harga bawang kembali normal.

Ketua Pusbarindo Valentino menyatakan bahwa saat ini Kementerian Pertanian sudah menerbitkan rekomendasi impor produk holtikultura (RIPH) untuk sebagian importir. Totalnya ada 10 omportir yang menerima RIPH. ”Kemungkinan jumlahnya akan ditambah. Hanya saja kami belum tahu berapa jumlah kuota yang diberikan pada importir,” ucap Valentino dalam Operasi Pasar Bawang Putih di Pasar Gede Solo, Rabu (13/2).

Pihaknya akan meminta agar Kementerian Perdagangan segera menindaklanjutinya. Pasalnya hanya Kementerian Perdagangan yang memiliki kewenangan untuk menerbitkan Surat Persetujuan Impor (SPI). ”Dengan SPI ini importir bisa mendatangkan bawang dari luar negeri,” ucapnya.

Penerbitan rekomendasi dari Kementerian Pertanian sejauh ini menimbulkan respon positif yang mampu menekan tingginya harga bawang. Pasalnya masyarakat tidak lagi khawatir mengenai stok harga bawang. Sebab jika masyarakat was-was, harga bawang putih di pasaran akan semakin melambung.

Selama ini importir mengandalkan pasokan bawang dari China untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. ”Kami yakin bahwa hasil produksi bawang putih di China tidak terpengaruh merebaknya virus Corona,” ucapnya.

Sementara itu Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa stok bawang putih saat ini masih aman. Di dalam negeri, saat ini stoknya berada di angka Rp 84 ribu ton hingga Rp 120 ribu ton. ”Kami perkirakan stok ini mencukupi untuk kebutuhan dua bulan ke depan,” ucapnya.

Memang isu kelangkaan bawang putih ini membuat harga melambung tinggi. Harga yang semula hanya Rp 30 ribu tiap kilogram menjadi Rp 80 ribu per kilogram.

”Hal ini menurut kami sudah tidak wajar. Masyarakat banyak yang khawatir akibat negara pemasoknya sedang terkena wabah corona,” ucapnya.

113