Home Ekonomi Hilangkan Stigma Pangan Lokal adalah Pangan Kelas Dua

Hilangkan Stigma Pangan Lokal adalah Pangan Kelas Dua

Ungaran, Gatra.com – Potensi pangan lokal di Jawa Tengah sangat luar biasa. Hanya saja, banyak hal yang harus ditingkatkan untuk mendongkrak keberadaan pangan lokal tersebut. Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Jawa Tengah, Agus Wariyanto mengakui berbagai potensi maupun kekurangan dari berbagai pangan lokal tersebut.

“Ada hal-hal yang perlu ditingkatkan. Perlu komunikasi, edukasi, dan informasi untuk mengajak kembali ke pangan lokal,” katanya, didampingi Kabid Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan DKP Jateng, Ignasius Hariyanta Nugraha, Rabu (12/2).

Sejauh ini, konsumsi beras sudah optimal. Hanya saja beberapa komponen lain masih ada catatan, seperti umbi-umbian, sayur, hingga protein hewani. “Optimalisasi pangan lokal ini juga bagian untuk menghilangkan stigma, bahwa pangan lokal adalah pangan kelas dua, di bawah beras. Harus sejajar, apalagi potensinya sangat dekat dengan di mana kita berada,” sebutnya.

Agus menambahkan, upaya yang dilakukan adalah menggerakan tim Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Sebab PKK ini merupakan gerakan akar rumput di masyarakat, dan bisa melakukan edukasi secara berantai.

“Ibu-ibu lah yang meracik, merangkai, kemudian memberikan kepada keluarga dari keberadaan pangan lokal ini. Disamping PKK, kita juga berikan edukasi kepada para siswa Sekolah Dasar,” terangnya.

Menurut Agus, sedianya potensi pangan lokal di Jateng merata di kabupaten/kota. Meski demikian, beberapa daerah ada keterbatasan lahan. “Namun hal itu masih bisa disiasati dengan menggerakan penanaman pangan lokal lewat media pot, hingga hidroponik,” jelasnya.

Sejauh ini optimalisasi dari berbagai potensi pangan lokal, kata Agus, sudah dilakukan. Dia mencontohkan, di beberapa daerah, singkong diolah menjadi tepung mocaf, dibmana pembuatannya melalui model fermentasi.

“Tepung mocaf ini lebih sehat karena tidak mengandung gluten. Tepung ini juga lebih kaya karbohidrat. Dengan adanya tepung mocaf, ini juga menjadi bagian dari upaya mengurangi kebutuhan atau ketergantungan pada tepung terigu yang dibuat dari gandum,” bebernya.

Dishanpan kata Agus, juga terus menggiatkan program pekarangan pangan lestari. Harapannya lahan kosong yang ada bisa dioptimalkan dengan budidaya penanaman pangan lokal, termasuk ternak, atau perikanan. “Dengan cara ini, pengeluaran sehari-hari juga bisa dihemat. Karena tidak perlu banyak belanja untuk lauk atau sayur makan sehari-hari,” jelasnya.

126