Jakarta, Gatra.com - Hasil survei Japan External Trade Organization (JETRO) menjelaskan bahwa keuntungan terbesar dalam iklim investasi di Indonesia masih berupa skala pasar atau potensi pertumbuhan pasar. Sedangkan risikonya, masih berupa lonjakan biaya tenaga kerja di antaranya Upah Minimum Regioal (UMR).
Survei tersebut menyatakan, kenaikan upah pekerja masih menjadi masalah manajemen terbesar. Hal tersebut diakibatkan oleh rendahnya tingkat kepuasan terhadap upah minimun yang tidak berbanding lurus dengan produktivitas pekerja.
Selain lonjakan biaya pekerja yang mencapai 64%, menajemen kebijakan pemerintah yang tidak pasti yakni 35,4%, dan infrastruktur yang berkembang sebesar 34,6% menjadi risiko terbanyak dalam iklim investasi di Indonesia.
Presiden Direktur JETRO Jakarta, Suzuki Keishi, mengatakan, pada periode kepemimpinan Jokowi yang ke-2 ini, kami berharap ada peningkatan investasi di Indonesia. Ia menambahkan, dengan adanya rencana pengeluaran omnibus law diharapkan dapat membuat investasi di Indonesia semakin baik.
"Kami berharap ada kebijakan-kebijakan baru yang dapat memengaruhi peningkatan investasi di Indonesia," kata Keishi dalam konferensi pers di Gedung Summitmas, Jakarta, Selasa (11/2).
Adapaun kebijakan-kebijakan yang JETRO harapkan adalah terkait infrastruktur, permasalahan kenaikan UMR yang tinggi, dan prosedur administrasi mengenai perizinan dari pemerintah yang lebih jelas.
Meskipun begitu, Keishi mengatakan, Indonesia masih menjadi tempat yang sangat menarik untuk melakukan investasi karena pangsa pasar dan potensi pertumbuhan pasarnya tinggi.
"Perusahaan Jepang menganggap Indonesia sebagai pasar yang besar. Maka dari itu, penting untuk membuat lingkungan bisnis di sini agar memanfaatkan potensi bisnis sebagai pasar yang besar," ujarnya.
Japan External Trade Organization (JETRO) kembali mengeluarkan laporan survei "Kondisi Bisnis Perusahaan Jepang di Asia dan Oseania". Survei ini melibatkan 20 negara yang meliputi 5 negara di Asia Timur, 9 negara di Asia Tenggara, 4 negara di Asia Barat, dan 2 negara di Oseania.
Responden survei ini meliputi seluruh perusahaan dan kantor cabang perwakilan perusahaan Jepang sejumlah 10%.
Reporter: RRA