Las Vegas, Gatra.com -- Tyson Fury digebuk jatuh dua kali oleh Deontay Wilder dalam pertarungan pertama mereka, yang berakhir imbang dengan kedua petinju mengklaim bahwa mereka pantas menang. Deontay Wilder percaya bahwa Tyson Fury takut dan akan mengalami malam tanpa tidur sebelum pertandingan ulang kelas berat dunia mereka akhir bulan ini. Demikian BBC, 11/2.
Kedua petinju bertarung di Las Vegas pada 22 Februari untuk memperebutkan sabuk juara dunia tinju kelas berat WBC yang dipegang Wilder. Pertarungan mereka pada Desember 2018 berakhir imbang yang kontroversial dengan petinju Amerika itu menjatuhkan Fury dua kali, meskipun petinju Inggris itu juga berpikir ia telah menang.
"Ketika Anda dirobohkan oleh seseorang, Anda tidak akan pernah melupakannya atau bagaimana mereka melakukannya," kata Wilder yang berusia 34 tahun. Berbicara pada konferensi media pada Selasa, dia menambahkan: "Jauh di dalam hati saya merasa dia gugup, sangat gugup dari apa yang terjadi pertama kali."
"Ketika Anda masuk ke sana untuk kedua kalinya, itu membuat stres dan Anda pasti tidak bisa tidur di malam hari. Dia khawatir dan saya tidak yakin kepercayaan dirinya setinggi itu karena keadaan yang saya tinggalkan sebelumnya. Aku memberi gegar otak pada pria ini, dan itu akan terjadi lagi karena kepalanya tidak dimaksudkan untuk dipukul, terutama oleh kekuatan Deontay Wilder, jadi dia harus banyak memikirkan," katanya.
Keduanya tidak terkalahkan dengan hasil imbang mereka di Los Angeles 14 bulan lalu, dan menjadi satu-satunya saat mereka belum memenangkan pertarungan profesional.
Sebelum ini, Tyson Fury, 31 tahun, mengalahkan Otto Wallin dengan angka pada September 2019. Membukukan 29 kali menang dan sekali imbang. Saat melawan petinju Swedia Otto Wallin Fury mengalami luka parah di depan matanya sejak ronde awal.
Namun, sejak itu Fury mengganti pelatih, pindah dari Ben Davison ke Javan 'Sugar' Hill Steward, keponakan mendiang Emmanuel Steward, yang melatih Lennox Lewis dan Wladimir Klitschko.
"Fury dapat mengatakan dia mengalahkan saya dengan selisih yang besar tetapi dia tidak percaya itu - itu sebabnya dia ingin mengubah banyak hal," tambah Wilder. "Jika dia yakin dia menang, dia tidak akan banyak berubah - hal berikutnya yang akan dia lakukan adalah pergi ke penasihat spiritual. Wallin punya rencana permainan dan mengeksekusinya. Pertarungan itu seharusnya dihentikan dengan luka yang begitu parah dan aku berharap untuk melukai kembali mata itu. Setelah terbuka lagi dan darah di wajahnya, aku datang untuk membunuh. Aku tidak bermain-main," Wilder sesumbar.
"Aku menjatuhkannya pertama kali tetapi aku tidak mendapatkannya dan aku akan menjatuhkannya lagi," katanya. Wilder menjadi juara kelas berat WBC pada Januari 2015 dan telah berhasil mempertahankan sabuk 10 kali - sama dengan petinju kelas berat legendaris Muhammad Ali antara 1974 dan 1978.
"Divisi kelas berat sedang terbakar dan itu adalah tugas saya untuk tetap seperti itu. Ini adalah tie-break dengan Muhammad Ali dan saya berharap untuk menetapkan beberapa sejarah pada 22 Februari," katanya.
"Fury memiliki kepalan tinju seperti bantal. Setelah pertarungan pertama aku tidak merasa sakit. Aku mengambil semua pukulannya. Dia hanya orang besar yang bisa bergerak di sekitar ring, kekuatannya tidak ada di sana. Raja Gipsi (julukan Fury) akan berlantai (jatuh) dan dia pasti tidak bangun," katanya. Deontay Wilder memegang sabuk kelas berat dunia WBC sejak mengalahkan sesama petinju Amerika, Bermane Stiverne dengan angka pada Januari 2015