Mataram, Gatra.com - Sama pentingnya dengan kebutuhan pokok lainnya terutama rempah-rempah, konsumsi telur di NTB terbilang tinggi. Sayangnya permintaan pasar yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan produsen telur yang mencukupi, apalagi surplus. Sebaliknya produksi dari daerah ini masih minim.
“Karena itu kita akan kembangkan satelit unggas menuju kemandirian pangan, khusus telur dan daging ayam,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB Hj Budi Septiani, Selasa (11/2).
Menurut Budi, satelit ayam merupakan konsep pengembangan kampung unggas dalam skala lebih besar dan terpadu. ”Kita ingin meningkatkan produksi telur dan daging ayam,” ujarnya.
Dikatakan, tahun 2019 saja kebutuhan telur di NTB mencapai 1,3 juta butir. Peternak hanya mampu memproduksi 600 ribu butir telur setiap tahun.
Pemprov akan menggenjot produksi telur dan ayam. Tahun 2020, NTB menargetkan bisa menyuplai daging untuk Bali dan NTT. ”Selain memfasilitasi peternak dengan pengusaha, sarana pendukung seperti coolbox, freezer, mesin pemanas hingga mesin penetas modern akan kami usahakan,” katanya.
Wakil Gubernur NTB Hj Sitti Rohmi Djalilah pernah mengatakan, untuk menjadikan NTB sebagai daerah mandiri telur dan daging, perlu perbaikan tata kelola hingga pemasaran. Peluang pasar hasil peternakan unggas tidak kalah dengan industri lainnya.
“Pengelolaan secara tradisional harus diubah menjadi lebih modern. Sehingga produktivitas meningkat,” ujar Rohmi.