Pati, Gatra.com - Pati dinobatkan menjadi kabupaten terbaik se-Indonesia lantaran 401 desa di wilayah administratifnya secara keseluruhan memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Meski begitu, Ketua Perkumpulan BUMDes Bumi Mina Tani (Perbumi), Sukamad mengatakan, hanya 20 persen saja yang memiliki kegiatan usaha produktif dan memberdayakan masyarakat. Sementara 80 persen BUMDes, hanya berkutat dalam sektor simpan pinjam.
"Sebanyak 80 persen BUMDes masih seputar simpan pinjam. Kami terus mendorong agar BUMDes bisa bergerak di bidang usaha yang benar-benar produktif. Kalau simpan pinjam itu konsumtif saja," ujarnya saat ditemui Gatra.com, Jumat (7/1).
Ia beralasan, bidang simpan pinjam dinilai tidak bisa memberdayakan masyarakat secara langsung, lantaran aliran uang rawan terjadi macet yang disebabkan enggannya sejumlah oknum masyarakat yang mau mengembalikan pinjaman.
"Kebanyakan masyarakat memang pinjam, mengembalikannya yang tidak. Ini sudah banyak terjadi, seperti di desa saya Tambahmulyo (Kecamatan Gabus) juga pernah seperti itu," ungkapnya.
Solusinya, dari bidang simpan pinjam digeser ke pengelolaan embung dengan dibuat menjadi tempat budidaya ikan konsumsi air tawar, sekaligus tempat pemancingan lengkap dengan sarana dan prasaran penunjang.
Simpan pinjam menurutnya, sudah tidak relevan jika menjadi produk usaha BUMDes. Apalagi sudah banyak produk simpan pinjam yang masuk ke desa. Mulai dari perbankan, koperasi hingga simpan pinjam di kegiatan RT dan RW.
"Sekarang sudah mulai bagus, banyak pengelola BUMDes yang kreatif dan bisa melihat potensi. Seperti pengelolaan sampah ini sangat penting, di Desa Kajen sudah melakukan, di wilayah Gembong, Tlogowungu, BUMDes juga sudah bergerak dalam mengelola wisata sesuai potensi alamnya,"beber Sukamad.
Selain itu, sektor produktif lainnya adalah toko, mengelola alat mesin pertanian (Alsintan), hingga sektor peternakan dan perikanan. Modalnya sendiri bervariasi, tergantung sektor yang digeluti yakni mulai dari Rp20 juta-100 juta.
"Di Desa Margotuhu, sekarang ini sudah bergerak di bidang usaha penggemukan sapi komunal, ada juga yang membuka usaha seperti jasa kendaraan travel," paparnya.
Terpisah, Ketua Paguyuban Solidaritas Kepala Desa Pati (Pasopati), Dwi Toto Hadi Prasetyo mengatakan, Pasopati memiliki program desa korporasi bersama seluruh anggotanya di 21 kecamatan dan terbentuklah BUMDes Bersama (BUMDESMA).
"BUMDESMA ini sudah memiliki 159 desa anggota dan sudah kita badan hukumkan pada bulan Januari dan efektif bekerja pada April lalu. Tujuannya untuk melaksanakan atau membantu kegiatan pelaksanaan BUMDes tiap desa," sebutnya.
Selama berdirinya, ia fokus untuk membuat Klinik Sehat yang tersebar di penjuru Bumi Mina Tani. Tak tanggung-tanggung kerjasama dengan instansi terkait pun telah bersinergi mulai dari BPJS, Pemda dan Pemdes.
"Klinik Sehat ini ada di 17 titik se Kabupaten Pati, hanya saja yang efektif dan sudah beroperasi dengan baik baru lima titik. Klinik ini tujuannya untuk mempermudah masyarakat mengakses pelayanan kesehatan, khususnya yang jauh dari Puskesmas, kita dekatkan," tandasnya.
Diketahui, mulai akhir tahun 2017 silam, BUMDes di Kabupaten Pati 100 persen sudah terbentuk di 401 desa dari 21 kecamatan. Sebelumnya, pembentukan serentak dilakukan pada 2016. Sedangkan BUMDes sendiri sudah ada di Kabupaten Pati mulai 2011 lalu, tetapi tidak banyak.