Warga Jepara, Kota Semarang, dan Kudus mendominasi nama-nama atlet yang dikirim Jawa Tengah untuk mengikuti ajang SEA Games 2019 di Filipina. Tiga daerah itu, memang punya atlet-atlet yang mumpuni pada cabang olahraga tertentu.
Dari empat atlet sepak takraw yang dikirim ke Filipina, semuanya tercatat sebagai warga Jepara. Daerah ini juga masih mengirimkan 1 atletnya untuk berlaga di cabor balap sepeda.
Sementara, atlet Kota Semarang menjadi kontingen di cabor menembak, squash, softball, judo, takwondo, dan bola basket. Sementara dari Kudus, berlaga di bulu tangkis, voli indoor, hockey, dan petangue.
Total, dari 3 daerah itu mengirimkan 25 atlet. Beragam medali pun mampu diraih para atlet dari 3 daerah ini. Atlet yang dikirim Jateng ke ajang empat tahunan itu sebanyak 47 orang. Mereka bertanding di 23 cabor.
Tak pelak, butuh sentuhan yang lebih maksimal agar semua daerah benar-benar bisa memunculkan atlet handal di masa mendatang. Jawa Tengah sendiri memiliki 35 kabupaten/kota.
“Program pembibitan, pelatihan, dan pembinaan atlet harus terus dilakukan. Gali terus potensi-potensi daerah, sehingga tiap daerah punya kelebihan sendiri-sendiri akan cabang olahraga. Termasuk penyiapan sarana olahraga yang jadi unggulan tiap daerah,” ujar Ketua Komisi E DPRD Jateng Abdul Hamid.
Tahun 2020 ini, kata Hamid, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jateng mendapatkan alokasi Rp80 miliar untuk kebutuhan pelatihan dan pembinaan atlet.“Target jangka pendek dan panjang harus dimiliki dalam pembinaan. Misalkan kategori umur, yakni dari usia belia, hingga pengembangan potensi prestasi atlet yang ada,” tegasnya.
Soal sarana latihan atlet, menurut Hamid, sudah cukup bagus. Meski demikian, upaya perbaikan harus terus dilakukan. “Harapan kita, Jateng ini memiliki sport canter untuk menampung fasilitas olahraga, hingga asrama para atlet,” kata politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini.
Selain sarana, lanjut Hamid, para atlet juga membutuhkan jam terbang dan pengalaman untuk kematangan mental kompetisi.
Sekda Pemkab Jepara Edy Sujatmiko mengatakan, olahraga sepak takraw telah menjadi cabang andalan Jawa Tengah. “Atlet-atlet sepak takraw Jawa Tengah banyak yang berasal dari Jepara, dan telah menorehkan banyak prestasi, baik tingkat nasional maupun internasional,” katanya.
Dia pun tak menampik, di Jepara, sepak takraw saat ini menjadi cabor yang diminati oleh generasi muda di daerahnya. “Prestasi juga terus meningkat dalam setiap event turnamen, baik tingkat provinsi maupun nasional,” tegasnya.
Sementara itu, pelatih timnas sepak takraw Tri Aji mengatakan, khusus cabor yang yang ditanganinya, pembinaan pemain di Jateng sudah cukup baik. Hal ini tak lepas dari adanya fasilitas yang memadai, seperti adanya GOR khusus takraw yang berada di Kabupaten Jepara.
“Keberadaan GOR ini mampu memancing minat masyarakat untuk menggemari, kemudian mengasah bakatnya bermain takraw. Kita tinggal memonitor, lalu mencoba terus mengasahnya untuk bisa tampil di level-level yang lebih tinggi,” katanya.
Pelatih asal Kota Semarang ini menambahkan, keberadaan GOR di Jepara tersebut juga telah memacu warga setempat untuk bisa menjadi yang terbaik.
Terpisah, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih mengatakan, selama ini yang menjadi kelemahan adalah di pembinaan prestasi olahraga. Selama ini pemain rata-rata ditemukan, bukan dibina, terutama sejak usia dini.
“Jateng termasuk yang dinilai bagus dalam pembinaan atlet berbakat. Tapi bukan pemerintah, namun masyarakat dalam hal ini khususnya cabor bulu tangkis yang pembinaannya dilakukan oleh PB Djarum,” katanya.
Hanya saja, lanjut dia, saat dipermasalahkan oleh sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM)), pembinaan bulu tangkis usia dini itu berhenti.
“Kemudian baru sadar betapa pentingnya pembinaan prestasi olahraga kita sangat minim. Padahal potensi atlet kita luar biasa. Untuk maju di tingkat nasional maupun internasional,” beber legislator asal Tegal, Jateng ini.
Ketua KONI Jateng Brigjen TNI (Purn) Soebroto menyatakan telah meminta agar setiap kabupaten/kota menyiapkan venue sesuai dengan cabang olahraga unggulan. “Ini perlu dilakukan agar ada fokus pembinaan atlet di masing-masing daerah,” terangnya.
Menurut Soebroto, selain sebagai wadah pembinaan atlet, penyiapan venue sesuai dengan cabor unggulan itu menjadi bagian tujuan agar Jateng bisa menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) di masa yang akan datang. "Yang penting venue harus bertandar nasional,” tandasnya. Muh Slamet