"Itu harga yang dirata-rata di lima pasar induk. Yakni Pasar Jungke, Pasar Tawangmangu, Pasar Jambangan, Pasar Palur dan Pasar Jatipuro. Usaha katering yang paling banyak berdampak. Sektor UMKM kuliner seperti PKL makanan juga terkena dampaknya," katanya kepada Gatra.com di ruang kerjanya, Jumat (7/2).
Baca juga : Bawang Putih Melonjak, Pemkot Surabaya: Itu Urusan Pusat
Menurutnya, kenaikan harga bawang putih lebih disebabkan cuaca yang kurang bersahabat bagi petani dan gejolak pasar. Tanaman ini sensitif terhadap pasokan air yang kurang maupun berlebih. Di musim penghujan seperti sekarang, petani sayuran beradu dengan problem tersebut.
Ditanya apakah itu ada kaitannya pembatasan impor dari Tiongkok, ia belum bisa memastikan. Namun jika ternyata pemerintah membatasinya, tentu akan berpengaruh signifikan. Sebab, mayoritas kebutuhan bawang putih dipenuhi dari luar negeri. Seperti bawang putih kating yang berada di level Rp 57.800 perkilogram per tanggal 5 Februari 2020. Wibowo memprediksi kenaikannya hingga Rp 60 ribu hingga akhir pekan ini.
Sejauh yang dirinya ketahui, kenaikan harga bawang putih, seperti sekarang ini, tergolong wajar. Faktor penghambat distribusi dan gagal panen selalu terjadi tiap tahun. Jika faktor tersebut terkendali, harganya bakal kembali normal.
Baca juga : Impor Stop, Pemkot Tegal Cari Bawang Putih dari Daerah Lain
Sementara itu berdasarkan catatan Gatra.com, Bank Indonesia bersama Pemkab Karanganyar memfasilitasi budidaya bawang putih jenis Tawangmangu Super di wilayah lereng Lawu.
Budidaya bawang putih bibit unggul merupakan program pemerintah dalam mengendalikan inflasi dan mencapai swasembada nasional komoditas itu pada 2021. Data menunjukkan 95 persen pemenuhan bawang putih Indonesia dari impor. Hal itu berkontribusi pada defisit transaksi berjalan atau CAD.
Pengembangan pertanian bawang putih tersebar di Tawangmangu, Jatiyoso, Jenawi dan Ngargoyoso. Selain itu bawang putih dari Kabupaten Karanganyar, khususnya varietas Tawangmangu Baru, rata-rata produktivitasnya lebih tinggi. Selain itu dari segi cita rasa varietas ini dinilai lebih unggul (lebih pedas) dibandingkan varietas Kating yang diimpor dari China.
Mengenai hal ini, Wibowo mengatakan, petani bawang putih lokal butuh penyemangat agar terus berusaha membudidaya meski alam tak selalu bersahabat.
"Petani mudah menyerah usai gagal panen. Enggak mau menanam lagi. Kondisi demikian kurang bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Varietas Tawangmangu Baru juga sulit dibudidaya di daerah lain,"katanya.