Jakarta, Gatra.com - Deputi Riset Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra, Ammar Fauzi mengatakan bahwa di kancah internasional, isu perpecahan umat Islam di antara Sunni dan Syiah merupakan isu yang secara sengaja diangkat, digagas, dan dipertahankan oleh Amerika dan sekutunya agar umat Muslim terpecah belah.
"Amerika takut jika Islam bersatu, maka akan menjadi sangat kuat," ujarnya usai diskusi publik terkait hubungan Indonesia dan Iran di Wahid Foundation, Jakarta (6/2).
Menurut Ammar, Iran cukup cerdik dalam menarik simpati sehingga mampu menjalankan proxy war di Timur Tengah. Ada beberapa isu yang sangat strategis terkait bagaimana Iran membangun relasi kerjasama dan kekuatannya di skala internasional, yaitu berbasis pada umat Islam dan negara-negara Islam.
Misalnya, sambung Ammar, sampai sekarang Iran tetap konsisten memberikan dukungan baik moril maupun materiil kepada semua gerakan-gerakan perlawanan terhadap Israel, sementara Arab Saudi mulai kehilangan pengaruhnya.
Meningkatnya eskalasi di Timur Tengah akibat terbunuhnya Komandan Militer Iran Qassem Soleimani oleh serangan militer Amerika Serikat (AS) menandakan bahwa AS mulai ketakutan terhadap pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah yang semakin signifikan.
Karena itu, sambung Ammar, isu-isu strategis Iran dalam merangkul kekuatan umat Islam menjadi sangat relevan. "Karena itu Iran tak pernah mempersoalkan terkait Sunni-Syiah. Iran lebih cenderung untuk mengangkat wahdah islamiyah," pungkasnya.