Jakarta, Gatra.com - Kepala Badan Restorasi Gambut Nizar Foead mengatakan, penyebab peningkatan luas lahan yang terbakar sejak 2017 hingga 2019 dikarenakan faktor cuaca. Bahkan, karena faktor tersebut, negara lain juga mengalami kebakaran hutan yang cukup ekstrem.
Oleh karena itu, kata Foead, sesuai arahan Presiden Jokowi, tahun 2020 seluruh stakeholder terkait harus lebih hati-hati dan meningkatkan kewaspadaan sejak dini mungkin. Salah satu pencegahannya, berupa tata kelola Gambut yang sudah berjalan.
"Karena ada kebijakan dari ibu Menteri KLHK dan juga pemadaman cepat jadi begitu ada api muncul langsung dipadamkan melibatkan masyarakat tentu teman teman TNI, Polri, Babinsa, Kamtibmas dan juga penegakan hukum yang tanpa pandang bulu," kata Foead ditemui usai Rakornas Karhutla di Istana Negara, Kamis (6/2).
Untuk melaksanakan Peraturan Menteri KLHK, menurut Foead, pihaknya akan membantu tata kelola ekosistem berbasis gambut. Di antaranya, mengairi kanal-kanal yang telah dibuat di lahan gambut.
"Gambut itu harus satu ekosistem karena airnya hidrologinya jangan sampai sebelah selatan saja yang sampai, tapi utara tidak ada air. Ini kebijakan yang dikeluarkan dan sedang dipraktikkan oleh kita semua," ujarnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, selain bersinergi dengan KLHK, BRG juga menggandeng BPPT untuk mengembangkan sistem informasi agar dapat dimonitor secara real time di lahan gambut.
"Yang kedua gandeng BMKG tentunya, karena kita butuh data cuaca untuk sistem pemantauan dan BNPB upaya Edukasi masyarakat, lalu untuk memberikan solusi pertanian tanpa bakar dengan kementerian pertanian," jelasnya.
Sebelumnya, di Rakornas Karhutla Jokowi mengeluhkan soal luasan kebakaran hutan yang terus meningkat sejal 2017. Untuk itu, Presiden ingin agar setiap ada satu titik api segera dipadamkan segera. Selain itu, ada solusi permanen untuk mengantisipasi kebakaran hutan di lahan gambut.