Karanganyar, Gatra.com - Penyelamatan buku keislaman, kitab hadis dan tafsir koleksi Masjid Agung Karanganyar, Jawa Tengah, membutuhkan cara yang tidak sederhana. Sayangnya jelang pembongkaran total bangunan di atas tanah seluas 7.000 meter persegi itu, takmir masjid belum menemukan lokasi representatif pemindahan koleksi.
Ketua Takmir Masjid Agung Karanganyar, Abdul Muid mengatakan perpustakaan berikut seluruh bangunan di kompleksnya tak lama lagi dirobohkan. Yakni poliklinik, gedung TK, kantor Baznas, masjid dan toko. Saat ini tengah diproses penghapusan aset bangunan dan lelang pembongkaran. Relokasi tidak hanya memindahkan tempatnya, namun juga aktivitas termasuk peribadahan. Nantinya, masjid akan dibangun lebih megah.
"Jumat besok jumatan terakhir di Masjid Agung. Lantaran bangunan akan dibongkar. Selanjutnya, jemaah dipersilakan salat wajib dan salat jumat berjamaah di masjid-masjid lain dulu. Kegiatan rutin pengajian sudah ada lokasi pindahnya sementara," katanya kepada Gatra.com, Rabu (5/2).
Disebutnya, pemindahan barang dan dokumen belum mendapat lokasi pasti. Takmir masjid mempertimbangkan berbagai aspek pemeliharaan, mengingat koleksi buku dan kitab rawan rusak akibat termakan usia dan sulit diperoleh kembali apabila hilang atau robek.
Ada sekitar 3.000 buah buku dan kitab. Semua masih utuh karena terawat dengan baik. Namun di masa pindahan ini, kami belum memperoleh tempat pindah yang sesuai. "Koleksi itu terkumpul lama dan bernilai tinggi bagi ilmu pengetahuan keislaman," lanjut Muid.
Sementara itu saat ditemui, Pustakawan Masjid Agung Teguh Cahyono tengah mengemas buku dan kitab. Ia mengelompokkannya sesuai urutan rak untuk memudahkannya menata kembali di tempat pindah mendatang. Dibutuhkan waktu hingga tiga hari mengemas 3.000-an buku dan kitab. Koleksi itu disimpan di almari kaca yang dirapatkan di dinding berukuran 6X8 meter persegi.
Jenisnya beragam seperti tentang keimanan, hadist, alquran, tematik, terjemahan, tuntunan salat, fiqih dan sebagainya. "Sebenarnya kalau melihat jumlahnya, memang banyak. Namun masih kurang banyak untuk ragamnya," katanya.
Ia mengaku belum mengetahui kemana koleksinya dipindah. Diharapkan, lokasinya representatif dan mampu menjaganya tetap awet. "Minimal di ruangan ber-AC agar sirkulasi udara bagus. Selain itu jangan lembab," katanya.
Sejak rencana pembangunan total Masjid Agung mencuat, pengunjung perpustakaan dilarang membawa pulang buku dan kitab. Mereka hanya boleh membacanya di perpustakaan saja. Itu untuk mengantisipasi koleksi lalai dikembalikan. "Mulai 2019 sampai sekarang, koleksi hanya bisa dibaca di sini. Enggak ada pinjaman di bawa pulang," katanya.