Jakarta, Gatra.com - Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto menanggapi tiga WNI yang tak lolos screening saat hendak dievakuasi dari Wuhan, Cina, ke Indonesia. Tiga WNI itu termasuk dalam 245 WNI yang sebelumnya terisolasi di Wuhan, menyusul maraknya wabah virus Corona.
Terawan mengungkapkan, mereka yang tertahan itu masih diisolasi di daerah yang masuk dalam status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Dunia atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) di sana, sehingga pemerintah tidak dapat menjemputnya. Pemerintah, hanya bisa menunggu status itu dicabut dari WHO.
"Selama masih dilock down apalagi oleh PHEIC ya tidak bisa keluar, nunggu emergency-nya dari WHO dicabut baru suatu negara bisa mengeluarkan atau memasukkan," katanya di Kemenko Polhukam, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (4/2).
Terawan mengatakan, pemerintah Indonesia juga masih menunggu keputusan dari Menteri Kesehatan Cina untuk memboyong tiga orang tersebut.
"Ya saya kan harus percaya mereka akan merawatnya dengan baik. Jika ada ketidak saling percayaan akan menimbulkan ketidakharmonisan hubungan kedua negara," papar dia.
Sebelumnya, dari 245 WNI, hanya 238 yang akhirnya ikut pulang ke Indonesia. Dari hasil akhir pendataan yang diterima Kemenkes, tiga orang yang tidak bisa ikut pulang karena dua mengalami batuk pilek dan satu demam, sementara tujuh orang lainnya memilih untuk menetap di Wuhan.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Anung Sugihantono mengatakan, meski seluruh WNI yang dipulangkan dalam keadaan sehat, namun mereka tetap berada di dalam pengawasan sampai masa karantina selesai.
"Skenarionya di Natuna adalah pemeriksaan kesehatan dilakukan dua kali dalam sehari dalam bentuk pengukuran suhu. Sampai dengan tadi malam jam 23.00, dilaporkan semuanya dalam keadaan baik. Hari ini juga dilakukan proses pengukuran setelah melakukan olahraga dan sarapan pagi," katanya di kantor Kemenkes, Senin (3/2).
Anung mengungkapkan, bahwa WNI yang dipulangkan dari Wuhan itu ditempatkan di sepuluh tenda dan tujuh kamar yang terpisah karena ada keluarga. Dari WNI tersebut juga terdapat seorang ibu yang sedang hamil, serta tiga orang anak kecil berusia 8 tahun, 9 tahun dan 13 tahun.
Selain 238 WNI yang berada di karantina, ada 27 tim penjemput, 5 tim aju (Advance) dan 15 kru batik ditempatkan terpisah tidak di dalam satu komplek hanggar. Namun, mereka tetap di ring satu yang aksesnya dibatasi untuk berkontak dengan penduduk di luar hanggar.
"Dalam skenario layanan ada medical evacuation. Di Natuna sudah disediakan rumah sakit kalau ada yang ternyata menunjukkan gejala. Kegiatan di Natuna juga telah kami siapkan pedoman selama 14 hari untuk mereka. Selebihnya akan diperbaharui, tergantung kebutuhan-kebutuhan mereka di sana," ujarnya.