Tokyo, Gatra.com - Bursa saham Asia dibuka hijau, pada perdagangan kedua, pekan ini. Setelah sebelumnya sempat mengalami penurunan pada perdagangan Senin (3/2) lalu, karena kekhawatiran para investor terhadap virus corona yang saat ini tengah merebak di Cina dan beberapa negara lainnya.
Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik, naik 1,0 persen. Nikkei Jepang naik tipis 0,1 persen. Sementara untuk Shanghai Composite masih tetap berada di posisinya, sejak perdagangan Senin (3/2) lalu. Namun, indeks CSI300 blue-chip rebound 0,9 persen. Indeks Hang Seng Hongkong menguat 0,7 persen.
Naiknya mayoritas saham di kawasan Asia, kata para ekonom, diakibatkan oleh Bank Sentral Cina, The People's Bank of China (PBOC) yang telah menyuntikan dana hingga Rp2.388 triliun (USD173,81 miliar atau 1,2 triliun yuan) ke pasar uang melalui perjanjian pembelian kembali obligasi.
Tidak hanya itu, mereka juga telah menurunkan suku bunga acuan atau 7 day reverse repo rate sebesar 10 basis poin (bps), dari 2,5 persen menjadi 2,4 persen. Begitu juga dengan tenor 14 hari yang ikut dipangkas dari 2,65 persen menjadi 2,55 persen.
"Otoritas Tiongkok telah menyediakan banyak dukungan untuk pasar keuangan. Ada tingkat kepastian bahwa kekalahan itu tidak akan dibiarkan berjalan lebih jauh dari yang diperlukan," kata kepala strategi pasar untuk Asia di National Australia Bank di Singapura, Christy Tan, seperti dikutip Reuters, Selasa (4/2).
"Ini bisa terbukti bersifat sementara jika kita melihat berita buruk atau sedikit tanda mencapai penahanan situasi (coronavirus)," imbuh dia.
Di sisi lain, ekonom dari JP Morgan, Joseph Lupton memandang, bahwa Cina masih harus berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan fiskal. Agar nantinya, dampak ekonomi akibat virus tidak menjadi lebih besar.
"Mengingat luasnya penutupan di Cina serta peningkatan pesat dalam virus yang kemungkinan akan berlanjut hingga Maret atau April, kemungkinan besar pukulan ke Cina dan pertumbuhan regional sangat mungkin terjadi," ucap dia.
"Kami akan berasumsi bahwa selain menjembatani tekanan pendanaan, kebijakan fiskal perlu ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan begitu penularannya terkendali," lanjut Lupton.
Kenaikan tidak hanya terjadi di pasar saham saja, melainkan juga pada harga minyak mentah. Untuk minyak mentah Brent LCOc1 tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,5 persen, menjadi US$54,73 per barel. Sedangkan minyak mentah Amerika Serikat CLc1 naik 0,7 persen, menjadi US$50,44 per barel.
Hal yang sama juga terjadi pada harga bijih besi, yang tercatat mengalami kenaikan. Setelah sebelumnya harga bijih besi sempat turun tajam, pada perdagangan Senin (3/2) lalu.
Di pasar mata uang, dolar menguat menjadi 108,66 Yen Jepang, dari sebelumnya berada di level terendahnya yakni 108,30. Sementara euro tercatat melemah pada level US$1,1059 EUR.
Untuk harga emas, tercatat masih mengalami penurunan, yaitu berada pada level US$1.576,34 per ons, dari sebelumnya US$1.591,46.